Tuliskan Karakteristik Dasar Pembelajaran Kolaboratif
Penulis : Ade Koesnandar (PTP Pandai Madya Pusdatin Kemendikbud)
Kolaborasi Ialah Suatu Keniscayaan
Perkembangan teknologi siaran dan komunikasi (TIK) yang sangat pesat ditambah kondisi pandemi yang mengharuskan pembelajaran dari rumah, saat ini lalu memungkinakan bagi dilaksanakannya penelaahan secara kolaboratif. Kolaborasi senyatanya yaitu kebutuhan basyar, di mana secara alamiah manusia sebagai makhluk sosial senantiasa berbimbing dengan manusia lainnya, bekerjasama, dan saling bantu membantu antar sesama. Demikian juga internal kegiatan pembelajaran, kooperasi merupakan suatu keniscayaan. Pada kegiatan belajar seremonial, kolaborasi biasanya dilakukan antar siswa atau guru dalam suatu sekolah atau dalam satu kelas bawah yang sama. Namun dengan tersedianya jaringan komunikasi internet, kooperasi sangat kelihatannya dilakukan antar sekolah, antar kewedanan, bahkan melampuai tenggat negara. Pelecok satu hikmah besar dibalik musibah pandemi coved-19 n domestik dunia pendidikan adalah kita sudah lalu “dipaksa” bakal menggunakan TIK cak bagi penerimaan. Pembelajaran berbasis TIK di era pandemik menunjukkan dinamika yang luar stereotip. Pada suatu sisi hal tersebut merupakan berkah, pencapaian yang luar baku dibanding upaya sosialisasi pemanfaatan TIK yang mutakadim dilaksanakan bertahun musim. Di sisi bukan, bagi para guru, siswa, serta stakeholder pendidikan lainnya, camar duka BDR, mutakadim memberikan camar duka yang beragam yang memperkaya harta benda teori dan praktek pendedahan dengan TIK. Hal tersebut yaitu suatu fungsi nan dahsyat apabila boleh disinergikan. Misalnya, pengalaman masing-masing master dalam berbuat BDR farik-beda, ada nan merasa berhasil, setengah berbuah, justru di beberapa tempat tidak berdaya, sehingga kembali ke cara konvensional dengan kunjungan ke rumah siswa. Hendaknya pengalaman-asam garam tersebut menjadi makin bermakna, maka “berbagi” dan “berserikat” adalah suatu keharusan bagi para pelaku pendidikan. Dengan berbagi dan berkolaborasi, para pelakuk pendidikan bisa ubah belajar, tukar memuati dan melengkapi, yang menimbulkan sinergi.
Pembelajaran secara kolaboratif memungkinkan banyak memberikan nilai tambah, baik bagi siswa atau bagi guru. Keuntungan-keuntungan tersebut antara enggak; 1) Siswa mendapatkan pengalaman bekerjasama lain hanya dengan sesama antagonis sekelasnya, namun dengan murid tidak yang sebelumnya belum mereka kenal, 2) Dalam pembelajaran kolaborasi, interaksi antar siswa yang hijau mereka kenal menjadi terarah karena menirukan program yang sudah direncanakan maka itu suhu, 3) Kegiatan yang bersifat kolaboratif biasanya akan menjorokkan cambuk dan umur kompetitif dalam arti konkret bagi siswa, 4) Siswa sekali lagi mendapatkan sumber belajar yang banyak dari guru selain guru sekolahnya sendiri yang sejauh ini mereka kenal. Di samping keuntungan-keuntungan tersebut, tentu masih banyak nilai kian lainnya, baik yang serentak atau nan tidak refleks.
Inisiatif pembelajaran kolaboratif berbasis internet sudah lalu diujicobakan pada tahun 2005-2006 plong gerbang pendedahan edukasi.net (sekarang Rumah Belajar). Waktu itu internet di sekolah masih sangat terbatas, sehingga hanya beberapa orang guru berbunga lima sekolah yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia dapat mengikuti aktivitas pembelajaran secara kolaboratif. Riuk satu tema yang diangkat pada waktu itu yaitu tentang kebakaran pangan. Tema ini menarik karena di negeri Sumatera dan Kalimantan tahun itu sedang banyak terjadi kebakaran hutan. Dengan partisipasi ini, siswa yang rani di Jakarta (Jawa) menjadi memahami mengenai situasi kebakaran hutan, sedangkan peserta Kalimantan dan Sumatera juga dapat menengok informasi peritiwa tersebut yang ternyata peristiwa kebakaran hutan tersebut di setiap daerah memiliki karakteristik nan berbeda.
Peluang terlaksananya pembelajaran kolaboratif masa ini karuan sangat longo luas. Infrastruktur dan jaringan TIK di sekolah umumnya sudah lebih siap dibanding sepuluh tahun yang lalu. Demikian juga kesiapan guru-guru privat ekspansi contoh-model pembelajaran inovatif, saat ini guru yang memiliki kemampuan memanfaatkan TIK dalam pembelajaran sudah lalu sepan banyak. Survei yang dilakukan oleh Pustekkom tahun 2018, sekeliling 40% suhu (non TIK) telah mampu memanfaatkan TIK dalam pembelajaran (Republika, Gogot Suharwoto, ISODEL 2018). Tahun ini karib dapat dipastikan sudah di atas 50% master n kepunyaan kemampuan memanfaatkan TIK lakukan penataran. Apalagi jika melihat trend eskalasi petatar adu Pembatik yang naik makin berasal 1000 persen dari 6.809 peserta di musim 2018 menjadi 70.312 peserta di perian 2020 (Hasan Chabibie, 2020). Data tersebut menunjukkan sisi optimis penggunaan TIK oleh guru yang semakin meningkat.
Ranah Kolaboratif
Partisipasi nampaknya sudah menjadi kata serapan, yang terambil dari Bahasa Inggriscollaboration, yang gegares diartikan sebagai kerjasama. Sahaja terserah kata lain n domestik Bahasa Inggris yang kembali diartikan seumpama kerjasama, yaitu cooperation (kerja sama). Menurut para pakar ada sedikit perbedaan makna antara collaboration dan cooperation. Sebagaimana dilansir dalam portal ibe.unesco dikatakan, Sometimes cooperative and collaborative learning are used interchangeably but cooperative work usually involves dividing work among the team members, whilst collaborative work means all the team members tackle the problems together in a coordinated effort. Walaupun istilah kolaborasi dan kooperasi sering digunakan secara bergantian, namun pada kooperasi terdapat pembagian tugas yang jelas antar anggota (team), sementara itu pada kolaborasi seluruh anggota team bertarai menyelesaikan pekerjaan bersama. Kegesitan partisipasi menjadi salah satu dari 4 keterampilan abad 21 yang dirumuskan UNESCO, yang dikenal dengan sebutan 4C, yaitu mencakup; critical thinking, communication, creativity, dan collaboration. Masih menurut portal ib.unesco,collaborative learning is a relationship among learners that fosters positive interdependence, khusus accountability, and interpersonal skills. Jadi pembelajaran kolaborasi yaitu suatu gayutan antar murid yang menumbuhkan sikap saling ketergantungan secara aktual, menunjukkan sikap taggungjawab setiap individu, serta keterampilan komunikasi interpersonal. Pembelajaran kolaboratif adalah sebuah proses di mana peserta jaga pada berbagai rupa tingkat kemampuan (kinerja) bekerja sama dalam kelompok kecil mengarah tujuan bersama. Ini adalah penataran dengan pendekatan yang berpusat plong peserta bimbing yang mulai sejak bersumber teori pembelajaran sosial serta perspektif sosio-konstruktivis mengenai penataran.
Untuk melampiaskan pemahaman, kolaborasi dapat diklasifikasi sekurang-kurangnya pada tiga ranah, yaitu; kolaborasi sebagai kompetensi, kolaborasi ibarat aksi atau implementasi, dan kolaborasi sebagai model pembelajaran. Sebagai kompetensi, kolaborasi termasuk salah satu dari empat keterampilan abad 21 yang disarankan oleh UNESCO. Kompetensi ini telah diadopsi sreg Kurikulum 2013. Bukan hanya untuk pelajar, kompetensi kooperasi juga merupakan keseleo suatu kompetensi TIK bagi temperatur, bahkan pada level kompetensi TIK, berbagi dan sandar-menyandar menempati level tertinggi. Pada ranah usaha atau implementasi, kolaborasi yakni satu bentuk kerjasama kerjakan mengaras intensi bersama. Kooperasi dalam tataran ini, bisa terjadi antar guru, antar sekolah, maupun antar lembaga. Sementara itu kolaborasi sebagai lengkap pembelajaran yakni satu upaya dari guru ataupun para pendidik buat meniongkatkan efektivitas dan kesangkilan penataran, andai suatu garis haluan pemecahan ki aib pembelajaran dan mencapai pamrih pendedahan secara optimal.
Model Pembelajaran Kolaboratif
Terletak banyak model-eksemplar Pembelajaran Kolaboratif, antara lain yang disebutkan oleh Suryani (2010), seperti: 1) Learning together, 2) Team Game Tournament, 3) Group Investigation, 4) Academic Constructive Controversy, 5) Jigsaw Prosedure, 6) Student Team Acheivment Division, 7) Complex Instruction, 8) Team Accelerated Instruction, 9) Cooperative Learning Structure, 10) Cooperative Integrated Reading and Composition. Suryani pula mengungkap beberapa keunggulan dengan penerapan embelajaran kolaboratif, sebagai berikut; 1) penampakan belajar lebih tinggi; 2) pemahaman bertambah mendalam; 3) membiasakan bertambah meredakan; 4) mengembangkan kelincahan kepemimpinan; 5) meningkatkan sikap positif; 6) meningkatkan harga diri; 7) sparing secara inklusif; 8) merasa silih memiliki; dan 9) mengembangkan keterampilan masa depan.
Kolaborasi sebagai suatu kompetensi dengan kolaborasi sebagai satu hipotetis pembelajaran tentunya mempunyai perbedaan. Namun demikian, transendental-acuan pembelajaran kolaboratif diharapkan dapat menumbuhkan sikap dan sifat partisipasi sejak prematur. Kebutuhan partisipasi, pasti sekadar bukan hanya bakal siswa, tapi juga bikin guru dan tenaga kependidikan lainnya. Bahkan damping seluruh profesi detik ini bukan bisa bekerja sendirian, seperti ditulis Purwanto (2015) bahwa pada era informasi, berkembang budaya kerja baru yang farik dengan era pabrik. Jika pada era industri pekerja dituntut punya spesialisasi dan sertifikasi, maka di era informasi, pekerja dituntut gemuk berkolaborasi dan bekerjasama internal suatu cak regu kerjakan menghasilkan produk atau peladenan. Demikian juga bagi koteng suhu dalam mengembangkan acuan-hipotetis penerimaan yang berbasis TIK memerlukan kerjasama atau kolaborasi antara pendidik dengan berbagai tipe tenaga kependidikan dan tenaga ahli lainnya.
Deduksi
Berasal jabaran di atas, bisa diambil beberapa kesimpulan terkait perlunya pembelajaran kolaborasi, antara lain;
- Kolaborasi saat ini merupakan satu keniscayaan, sehingga petatar harus dibekali kemampuan kolaborasi sejak dini
- Ideal pembelajaran kolaboratif, diharapkan dapat menumbuhkan potensi dan kebiasaan siswa sejak dini dalam pengembangan kompetensi abad 21
- Kooperasi bisa dilakukan di dalam kelompok kecil satu kelas ataupun lintas sekolah dan bahkan lintas wilayah.
d. TIK memberikan kemungkinan untuk master dan siswa lakukan melakukan kolaborasi lintas sempadan ruang kelas, perenggan geografis, dan apalagi batas negara.
e. Karena demikian luasnya dimensi kolaborasi, maka pembelajaran partisipasi wajib dilakukan secara cermat, tepat guna, dan memberikan nilai tambah yang optimal, sesuai dengan kebutuhan. - Untuk mengakhiri gubahan ini, berikut dikutipkan riuk satu point berusul sembilan gagasan yang diajukan UNESCO kerjakan pendidikan pasca covid-19, sebagai berikut:
Hargai profesi guru dan kolaborasi master. Ada inovasi luar biasa dalam tanggapan para pendidik terhadap krisis COVID-19, dengan sistem yang paling terlibat dengan keluarga dan kekerabatan menunjukkan ketahanan paling tinggi. Kita harus mendorong kondisi nan memberikan otonomi dan fleksibilitas pendidik garis depan kerjakan dolan secara kolaboratif.
Jadi, sekali sekali lagi, kolaborasi merupakan suatu keniscayaan, baik sebelum, sepanjang, ataupun setelah pandemik covid-19 mangkat. Selamat bekerja sama. (Kusnandar, PTP Menengah Pusdatin)
Pustaka
Purwanto. Pengrmbang TeknologiPembelajaran, Kebutuhan, Peluang, dan Tantangandi Indonesia, Harian Teknodik Vol. 19 No. 2, Agustus 2015
https://jurnalteknodik.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalteknodik/article/view/157/156
Pusdatin, Pedoman Pemilihan Wakil Flat Belajar 2020, simpatik.kemdikbud.go.id
Suharwoto, Gogot, ISODEL 2018 (Repoblika.co.id, 4 Desember 2018)
Suryani, Nunuk, Majalah Ilmiah Penelaahan, UYNY, 2010
https://scholar.google.co.id/citations?user=-cJ24LMAAAAJ&hl=id#d=gs_md_cita-d&u=%2Fcitations%3Fview_op%3Dview_citation%26hl%3Did%26user%3D-cJ24LMAAAAJ%26citation_for_view%3D-cJ24LMAAAAJ%3AdfsIfKJdRG4C%26tzom%3D-420
UNESCO, Education in a post-COVID world: Nine ideas for public action
https://en.unesco.org/news/education-post-covid-world-nine-ideas-public-action?fbclid=IwAR0ZkcPBWEOOF9ccBd4zkX-iawunik0FDT7ik1iKrbGDprYScEzvPcVXBrU
UNESCO, Collaborative Learning,
http://www.ibe.unesco.org/en/glossary-curriculum-terminology/c/collaborative-learning
)* Artikel kembali sudah lalu diterbitkan lega http://pena.belajar.kemdikbud.go.id/2021/02/pengajian pengkajian-kolaboratif-di-era-dan-selepaspandemi-kok-tidak/
Source: https://pusdatin.kemdikbud.go.id/pembelajaran-kolaboratif-di-era-dan-pasca-pandemi-mengapa-tidak/
Posted by: bljar.com