Gambar Air Di Dalam Wadah

Pecah Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kar kepulauan Nusantara berlipat emas melambangkan watan Negara Kesatuan Republik Indonesia di Ruang Kemerdekaan Monas, Jakarta

Nusantara
yaitu sebuah istilah yang berpokok berpunca mulut dalam bahasa Kawi (sebuah bentuk bahasa Jawa Kuno yang banyak dipengaruhi makanya bahasa Sanskerta), yaitu

ꦤꦸꦱ
(nusa)

terj. har.
“pulau” dan

ꦲꦤ꧀ꦠꦫ
(antara)

terj. har.
“luar”. Di Indonesia, istilah “Nusantara” secara khusus merujuk kepada Indonesia (kepulauan Indonesia),[1]
[2]
[3]

:3

[4]

:230

introduksi ini tercatat mula-mula kelihatannya privat kitab Negarakertagama untuk memvisualkan konsep kenegaraan nan dianut Majapahit; yang kawasannya mencaplok sebagian besar Asia Tenggara, terutama puas provinsi kepulauan. Di luar Indonesia, istilah Nusantara digunakan bagi merujuk kepada Kepulauan Melayu (Malay Archipelago), nan terletak di antara daratan utama Indochina⁠—Indochina terdiri atas Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, dan Malaysia⁠—dan daratan Australia.

Konsep mengenai Nusantara sebagai sebuah daerah yang dipersatukan pada awalnya enggak berasal dari Gajah Mada, melainkan oleh Raja Kertanegara berbunga Kerajaan Singhasari⁠—disebut juga Singasari atau Singosari⁠—dalam Prasasti Mula Malurung yang diterbitkan maka dari itu Kertanegara pada tahun 1255 atas perintah ayahnya, Wisnuwardhana (berwenang puas tahun 1248-1268), selaku kanjeng sultan Singhasari.[5]
Selain itu, lega 1275, istilah
Cakravala Mandala Dvipantara
digunakan oleh Kertanegara untuk menggambarkan aspirasi mengenai Kepulauan Asia Tenggara nan beraduk di asal kekuasaan Singhasari dan ditandai sebagai permulaan atas usahanya dalam mewujudkan aspirasi tersebut.[6]
Dvipantara adalah sebuah kata dalam Bahasa Sansekerta yang berarti “pulau-pulau yang berada di paruh-tengah” sebagai muradif terhadap kata Nusantara karena baik
dvipa
ataupun
nusa
sejajar-setimbang berarti “pulau”.

Kertanegara membuat visi tentang penggabungan pemerintahan dan kekaisaran maritim di Asia Tenggara sebagai benteng dalam menghadapi kebangkitan dari ekspansionis Dinasti Yuan dari China⁠—atau Tiongkok⁠—nan dipimpin oleh orang Mongol.[7]

Pada waktu 1900-an istilah ini dihidupkan kembali oleh Capuk Hajar Dewantara[8]
ibarat salah suatu nama alternatif untuk negara merdeka selain Hindia Belanda. Sekalipun nama “Indonesia” (terj.
‘Gugusan pulau Hindia’) disetujui untuk digunakan andai label resmi Negara Keesaan Republik Indonesia, kata Nusantara tetap diabadikan sebagai sinonim buat gugusan pulau Indonesia. Penggunaan istilah ini pada zaman kuno dipakai buat menggambarkan kesatuan ilmu permukaan bumi-antropologi kepulauan yang terletak di antara kontinen Asia dan Australia (teragendakan Ancol Malaysia).

Kerumahtanggaan manfaat yang lebih luas, Nusantara kerumahtanggaan bahasa modern membentangi Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand Selatan, Filipina, Brunei Darussalam, Timor Leste (atau Timor Timur,
Leste
berasal berusul bahasa Portugis yang berarti “Timur”), Taiwan⁠, dan Papua Indonesia⁠—tidak termasuk Papua Nugini.[9]
[10]

Nusantara internal konsep kenegaraan Jawa Majapahit

[sunting
|
sunting perigi]

Wilayah Majapahit puas puncak terluasnya berdasarkan Kitab Nagarakretagama.

Dalam konsep kenegaraan Jawa pada abad ke-13 hingga ke-15, raja adalah “Kaisar-Betara”: Syah nan memerintah adalah sekali lagi penjelmaan dewa. Karena itu daerah kekuasaannya memancarkan konsep kontrol koteng dewa. Kerajaan Majapahit bisa dipakai sebagai teladan. Negara dibagi menjadi tiga fragmen wilayah:

  1. Negara Agung
    merupakan daerah sekeliling ibu kota kerajaan medan sunan memerintah.
  2. Mancanegara
    yakni daerah-daerah di Pulau Jawa dan sekitar yang budayanya masih mirip dengan Negara Agung, tetapi telah berada di “kewedanan perbatasan”. Dilihat berbunga ki perspektif pandang ini, Madura dan Bali yaitu provinsi “mancanegara”. Lampung dan juga Palembang juga dianggap provinsi “mancanegara”.
  3. Nusantara, yang berarti “pulau lain” (di luar Jawa)[11]
    adalah daerah di luar yuridiksi budaya Jawa semata-mata masih diklaim perumpamaan daerah taklukan: para penguasanya harus membayar upeti.

Gajah Mada menyatakan dalam Sumpah Palapa:
Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukita palapa, anda Gajah Mada: Lamun huwus kalah
Nusantara
ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa
.

Terjemahannya adalah: “Kamu Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Ia Gajah Mada, “Kalau telah mengalahkan pulau-pulau enggak, saya (baru akan) mengeluarkan puasa. Sekiranya mengecundang Gurun, Mengalir perlahan-lahan, Ancol Pundi-pundi, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (mentah akan) mengeluarkan puasa”.

Kitab Negarakertagama mencantumkan wilayah-daerah “Nusantara”, yang plong masa sekarang boleh dikatakan mencakup sebagian lautan kewedanan bertamadun Indonesia (Sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya, sebagian Kepulauan Maluku, dan Papua Barat) ditambah area Malaysia, Singapura, Brunei dan sebagian kecil Filipina bagian selatan. Secara morfologi, kata ini yaitu kata plural yang diambil dari bahasa Jawa Bersejarah
nusa
(“pulau”) dan
antara
(lain/menyeberangi).

Kata Nusantara tidak sahaja digunakan oleh hamba allah Jawa dan lain hilang setelah runtuhnya Majapahit. Kata ini dapat ditemui di Ki kenangan Melayu, sebuah sastra Jawi klasik yang ditulis paling awal pada tahun 1612, tetapi alas kata ini tetap dikenal hingga dokumen musim 1808:[12]
[13]

Terlalu sekali besar kerajaan Baginda (Majapahit) pada zaman itu, segala apa seluruh Jawa semuanya kerumahtanggaan hukum Baginda, dan barang apa sinuhun-emir Nusantarapun sehelai sudah ta-luk kepada Baginda.[14]

Dwipantara

[sunting
|
sunting sumur]

Kebanyakan ahli sejarah Indonesia percaya bahwa konsep keekaan Nusantara bukanlah pertama boleh jadi dicetuskan oleh Gajah Mada dalam Serapah Palapa pada tahun 1336, melainkan dicetuskan lebih berasal setengah abad lebih awal oleh Kertanegara pada tahun 1275. Sebelumnya dikenal konsep

Horizon Mandala Dwipantara

yang dicetuskan oleh Kertanegara, raja Singhasari.[15]
Dwipantara adalah kata dalam bahasa Sanskerta bikin “kepulauan antara”, nan maknanya selevel persis dengan Nusantara, karena “dwipa” adalah sinonim “nusa” yang bermakna “pulau”. Kertanegara mempunyai wawasan suatu persatuan kerajaan-imperium Asia Tenggara di bawah kewibawaan Singhasari dalam menghadapi kemungkinan ancaman ofensif Mongol yang membangun Dinasti Yuan di Tiongkok. Karena alasan itulah Kertanegara meluncurkan Bestel Pamalayu bikin menjalin persatuan dan persekutuan ketatanegaraan dengan kerajaan Malayu Dharmasraya di Jambi. Pada awalnya pengiriman barang ini dianggap penakhlukan militer, akan sekadar belakangan ini diduga ekspedisi ini lebih bersifat upaya diplomatik berupa muncul kemustajaban dan wibawa untuk menangkap persahabatan dan persekutuan dengan imperium Malayu Dharmasraya. Buktinya ialah Kertanegara justru mempersembahkan Arca Amoghapasa seumpama hadiah lakukan meriangkan penguasa dan rakyat Malayu. Sebagai alhasil raja Melayu membawa putrinya; Upik Jingga dan Perempuan Petak ke Jawa bakal dinikahkan dengan penguasa Jawa.

Pendayagunaan maju

[sunting
|
sunting sumber]

Pada perian 1920-an, Pintu Hajar Dewantara mengusulkan pemanfaatan juga istilah “Nusantara” untuk menyapa wilayah Hindia Belanda. Tanda ini dipakai perumpamaan salah satu alternatif karena tidak punya unsur bahasa luar. Dan juga, alasan tak dikemukakan karena Belanda, bagaikan penjajah, makin suka memperalat istilah
Indie
(terj.
“Hindia”), nan menimbulkan banyak keracuan dengan literatur berajar lain nan dapat menunjukan identitas bangsa bukan, ialah India. Istilah ini lagi memiliki beberapa alternatif lainnya, seperti mana “Indonesië” (Indonesia) dan “Insulinde” (berguna “Kepulauan Hindia”). Istilah yang anak bungsu ini diperkenalkan makanya Eduard Douwes Dekker.[8]

Ketika balasannya “Indonesia” ditetapkan ibarat nama kebangsaan bagi negara independen pelanjut Hindia Belanda pada Dewan perwakilan Pemuda II (1928), istilah Nusantara tidak serta-merta surut penggunaannya. Istilah ini kemudian tetap lestari dipakai andai padanan kata bikin “Indonesia”, dan dipakai dalam berbagai hal yang utamanya berkaitan dengan kebangsaan, contohnya yakni baik kerumahtanggaan pengertian kultur, antropogeografik, atau politik (misalnya n domestik konsep Wawasan Nusantara).

Label ibu kota negara baru Indonesia

[sunting
|
sunting sumber]

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengungkapkan, ibu kota baru di Kalimantan Timur akan diberi jenama Nusantara.[16]

Pengislaman di Nusantara

[sunting
|
sunting sumur]

Fenomena proses penyerantaan syiar Islam pengislaman di Nusantara ternyata mutakadim menimbulkan berbagai tantangan dan lagi hambatan yang positif dalam kerumahtanggaan bentuk konflik hingga berbuat perebutan, hal ini sejalan dengan perpaduan antara Aturan Selam di satu sisi, dengan budaya lokal di sebelah lain, yang mutakadim lama diyakini oleh masyarakat plong musim itu, cak bagi menuntaskan konflik perumpamaan akibat pengislaman, para orang-sosok saleh dapat juga disebut sidang saleh, Da’i atau penyebar Islam berupaya mengakomodir bervariasi bentuk tamadun yang telah berkembang, untuk memuluskan sikap akomodasi para orang-manusia imani dulu terbantu dengan adanya persuasi pendekatan kepada penguasa plong zaman sejaran, penguasa puas satu sisi sangat membutuhkan bimbingan dan pertolongan para mubalig Selam untuk menguatkan legitimasi kedudukan dan kekuasaannya, Liaw Yock Fack menjelaskan
adapun ketahuilah olehmu langsung akan adat ini turun-temurun berbunga pada zaman Iskandar Zulkarnain Sultan Aji yang memerintah segala manusia yang datang di Pulau Perca (Sumatra) kepada zaman putranya jangkauan tradisi sultan emir sampai juga di Jawa yang mencelah ke Malaka,
seperti diketahui bahwa teks sastra yang menggunakan leluri Sultan Iskandar Zulkarnain puas sastra Jawa terdapat n domestik bentuk sajak (puisi) tertera pada Hari 1717 AJ – 1790 AD di Istana Surakarta[17]
[18].

Lihat pula

[sunting
|
sunting mata air]

  • Wawasan Nusantara
  • Sejarah Nusantara
  • Indonesia Raya
  • Nama Asia Tenggara
  • Sejarah Indonesia
  • Sejarah nama Indonesia
  • Abc Nusantara
  • Prasasti Nusantara
  • Malesia
  • Tulah Palapa

Wacana

[sunting
|
sunting sumur]


  1. ^


    “Nusantara”.
    Kamus Raksasa Bahasa Indonesia
    (edisi ke-3). Fisik Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2016.





  2. ^


    Rais, Mohamed Amien; Ng, Taryn; Irwan, Omar; Najib, Muhammad (2004).
    Putra Nusantara: Son of the Indonesian Archipelago [Putra Nusantara: Putra Kepulauan Indonesia]
    (dalam bahasa Inggris). Singapore: Stamford Press. ISBN 9810499078.





  3. ^


    Bowring, Philip (2018).
    Empire of the Winds: the Universal Role of Asia’s Great Archipelago
    (dalam bahasa Inggris). Bloomsbury. hlm. 3.
    ‘Nusantara’ was defined the region of islands and coasts adv lewat which Majapahit rule, … Nusantara in Malay today has narrower meaning: ‘archipelago’, specifically the Indonesian archipelago.





  4. ^


    Avé, J. (1989). “Indonesia’, ‘Insulinde’ and ‘Nusantara’: Dotting the I’s and Crossing the Falak”.
    Bijdragen Tot De Taal-, Land- En Volkenkunde
    (dalam bahasa Inggris). Leiden, the Netherlands.
    145
    (2/3): 230.
    ‘Nusantara’ has been understood and used to refer to the whole, that is, the mosaic of ‘nusas’ which constitutes an archipelago, specifically the Indonesian archipelago. Berg’s interpretation, however, appears to have been generally accepted…





  5. ^


    Mpu, Prapañca; Robson, Stuart O. (1995).
    Deśawarṇana: (Nāgarakṛtāgama)
    (dalam bahasa Inggris). KITLV. ISBN 978-90-6718-094-8.





  6. ^


    Kusumoprojo, Wahyono Suroto (2009).
    Indonesia negara nautikal. PT Mizan Publika. ISBN 978-979-3603-94-0.





  7. ^


    “Timeline of the Yuan dynasty”.
    Wikipedia
    (internal bahasa Inggris). Diakses tanggal
    4 Oktober
    2022
    .




  8. ^


    a




    b




    Justus M. van der Kroef (1951). “The Term Indonesia: Its Origin and Usage”.
    Journal of the American Oriental Society.
    71
    (3): 166–171. doi:10.2307/595186.





  9. ^


    Evers, Hans-Dieter (2016). “Nusantara: History of a Concept”.
    Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society.
    89
    (1): 3–14. doi:10.1353/ras.2016.0004. ISSN 2180-4338.





  10. ^


    Hafizah Iszahanid (11 Oktober 2018). “Istilah Nusantara diguna tanpa spirit pemberkasan Melayu”.
    Berita Jurnal.
    Konsep Nusantara dalam pemahaman warga Indonesia sangat berbeza dengan segala nan difahami rakyat Malaysia, bahkan dempang kesemua negara lain di Asia Tenggara termasuk Singapura…ketika kebanyakan penduduk Asia Tenggara merujuk Nusantara kepada distrik Kepulauan Melayu alias negara di Asia Tenggara, penduduk Indonesia sebaliknya berpendapat Nusantara yaitu Indonesia namun.





  11. ^

    Jerry H. Bentley, Renate Bridenthal, Kären E. Wigen (éds.),
    Seascapes: Maritime Histories, Littoral Cultures, and Transoceanic Exchanges, 2007, University of Hawai’i Press, Honolulu, keadaan. 61

  12. ^


    Ismail, Abdul Rahman Haji (1998). “Malay Annals”.
    Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society: 93. ISBN 9789679948134.





  13. ^


    Samad, A. Ahmad (1979).
    Sulalatus Salatin (Sejarah Melayu). Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia. hlm. 43.





  14. ^


    Nugroho, Irawan Djoko (2009).
    Meluruskan Sejarah Majapahit. Ragam Alat angkut. hlm. 227.





  15. ^

    Indonesia Negara Maritim (in Indonesian)

  16. ^


    Ardito Ramadhan (17 Januari 2022). “Pengarah Bappenas Umumkan Segel Ibu Kota Yunior: Nusantara”.
    Kompas.com
    . Diakses tanggal
    18 Januari
    2022
    .





  17. ^

    https://moraref.kemenag.go.id/documents/article/98077985952850554

  18. ^

    https://drive.google.com/file/d/1iFLblLs-HR6KAiHpp6PH5cE5v2FKhEIC/view?usp=sharing

Pranala asing

[sunting
|
sunting sumber]

  • (Indonesia)
    Wacana Nusantara
  • (Indonesia)
    Pikiran Rakyat: Dasar usul cap Indonesia Diarsipkan 2008-01-09 di Wayback Machine.
  • (Indonesia)
    Nusantara Bukanlah Wilayah Majapahit? Diarsipkan 2018-03-03 di Wayback Machine.
  • (Indonesia)
    Plonco Diketahui, Majapahit Tak Wasilah Kuasai Nusantara



Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Nusantara

Posted by: bljar.com