Ciri Ciri Mata Batin Terbuka

Bermula Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Linguistik
(IPA: /liŋuistik/) atau
linguistik
yakni ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Bergantung puas sudut pandang dan pendekatan seorang pemeriksa, linguistik cangap siapa digolongkan ke privat ilmu kognitif, psikologi, dan antropologi.

Suka-suka tiga aspek luas penggalian, yang menghampari rencana bahasa, makna bahasa, dan bahasa intern konteks.[1]
Awal kegiatan yang dikenal intern deskripsi bahasa telah dikaitkan dengan Pāṇini sekitar 500 SM dengan analisisnya dari bahasa Sanskerta di
Ashtadhyayi.[2]

Bahasa dapat dipahami umpama suatu interaksi bunyi dan makna.[3]
Disiplin yang mempelajari bunyi bahasa disebut perumpamaan fonetik, yang berkaitan dengan aturan sepantasnya terbit bunyi tutur dan lain bunyi ujar serta bagaimana mereka diproduksi dan dirasakan. Studi adapun makna bahasa, di sisi lain, berkaitan dengan bagaimana bahasa menggunakan logika dan referensi dunia nyata untuk menyampaikan, memproses, dan mematok makna serta buat mengelola dan mengamankan ambiguitas. Hal ini pada gilirannya mencengap investigasi semantik (makna disimpulkan mulai sejak introduksi-kata dan konsep) dan pragmatik (makna disimpulkan semenjak konteks).[4]

Suka-suka sistem adat (dikenal sebagai tata bahasa) nan mengatur komunikasi antara anggota suatu masyarakat tutur tertentu. Tata bahasa dipengaruhi oleh suara miring dan makna, terdaftar morfologi (pembentukan dan komposisi introduksi-kata), sintaksis (pembentukan dan komposisi frasa dan kalimat dari kata-kata ini), dan fonologi (sistem bunyi).[5]
Menerobos linguistik korpus, irisan besar pustaka dapat dianalisis untuk kemungkinan hal bentuk linguistik tertentu dan pola gaya dalam wacana tertulis maupun oral.[6]

Pencatuan bidang ilmu bahasa

[sunting
|
sunting sumur]

Linguistik berkembang selaras dengan kompleksitas objek atau materi yang dikaji. Selain itu, ilmu keterangan yang mengkaji bahasa ini juga bersifat terbuka terhadap pengaruh dan kedekatan dengan ilmu lain. Situasi inilah nan menjadikan linguistik gemuk akan cabang ilmu yang per meringkuk pada jenis pendekatan kajian dan bulan-bulanan yang dikaji. Ceranggah linguistik tersebut antara bukan sebagai berikut:

Mikrolinguistik

[sunting
|
sunting sumber]

Bidang Teoretis

[sunting
|
sunting sumber]

  • Publik:
    • Teori Linguistik
    • Linguistik Deskriptif
    • Linguistik Historis Komparatif
  • Untuk bahasa tertentu:
    • Linguistik Deskriptif
    • Linguistik Historis

Makrolinguistik

[sunting
|
sunting sumber]

Bidang Interdisipliner

[sunting
|
sunting mata air]

  • Fonetik
  • Stilistika
  • Filsafat Bahasa
  • Psikolinguistik
  • Sosiolinguistik
  • Etnolinguistik
  • Filologi
  • Semiotika
  • Epigrafi
  • Revitalisasi Bahasa (Revivalistics)[7]

Bidang Terapan

[sunting
|
sunting sumber]

  • Pengajaran Bahasa
  • Penyulihan
  • Leksikografi
  • Fonetik Terapan
  • Sosiolinguistik Terapan
  • Pembinaan Bahasa
  • Ilmu bahasa Forensik
  • Linguistik Medis
  • Grafologi
  • Mekanolinguistik

Aspek Linguistik

[sunting
|
sunting perigi]

Linguistik memiliki bilang aspek antara lain aspek fonologi, aspek morfologi, aspek sintaksis, aspek semantik, dan aspek pragmatik.

Pendekatan teoritis

[sunting
|
sunting perigi]

Ferdinand de Saussure mengusulkan linguistik umum bak studi tentang bahasa sebagai sistem makna dan bentuk yang sebanding.

Pendekatan humanistik

[sunting
|
sunting sumber]

Prinsip pangkal linguistik humanistik yaitu bahwa bahasa yaitu invensi yang diciptakan oleh makhluk. Sebuah tradisi semiotika pendalaman linguistik menganggap bahasa bak sistem tera nan unjuk berbunga interaksi makna dan bentuk.[8]
Organisasi struktur bahasa dianggap komputasional.[9]
Linguistik pada dasarnya dipandang berkaitan dengan mantra-ilmu sosial dan budaya karena bahasa yang berlainan dibentuk n domestik interaksi sosial maka itu masyarakat ucap.[10]
Kerangka nan mengoper rukyat humanistik bahasa teragendakan linguistik sistemis, antara lain.[11]

Analisis sistemis berarti membedel setiap lapisan: fonetik, morfologis, nahu, dan wacana, ke unit-unit terkecil. Ini dikumpulkan ke dalam inventaris (misalnya leter, morfem, inferior leksikal, jenis frase) cak bagi mempelajari keterkaitan mereka dalam hierarki struktur dan saduran.[12]
Analisis fungsional menambah analisis struktural penugasan peran semantik dan peran fungsional lainnya yang mana tahu dimiliki setiap unit. Misalnya, frasa pembukaan benda dapat berfungsi sebagai subjek nahu ataupun objek kalimat, atau bagaikan agen semantik maupun pasien.[13]

Linguistik fungsional, atau tata bahasa fungsional, adalah cabang ilmu bahasa struktural. Dalam konteks humanistik, istilah strukturalisme dan fungsionalisme terkait dengan maknanya kerumahtanggaan ilmu-ilmu kemanusiaan lainnya. Perbedaan antara strukturalisme formal dan fungsional terletak pada jawaban mereka atas soal mengapa bahasa mempunyai sifat-sifat yang dimilikinya. Penjelasan fungsional memerlukan gagasan bahwa bahasa adalah alat untuk komunikasi, atau bahwa komunikasi adalah arti terdahulu bahasa. Rencana-bentuk linguistik secara konsekuen dijelaskan sehubungan dengan nilai fungsionalnya, alias kegunaannya. Pendekatan strukturalis lain mengambil perspektif bahwa bentuk menirukan mekanisme batin sistem bahasa bilateral dan berentetan.[14]

Pendekatan biologis

[sunting
|
sunting sumber]

Pendekatan sama dengan linguistik kognitif dan tata bahasa generatif mempelajari pemahaman linguistik dengan rukyat untuk mengungkap sumber akar-sumber akar biologis bahasa. Dalam Pengelolaan Bahasa Generatif, radiks-dasar ini dikatakan muncul dari manifesto tata bahasa bawaan. Kaprikornus, salah satu perhatian utama berpokok pendekatan ini adalah bagi menemukan aspek-aspek apa berpangkal pengetahuan linguistik nan bersifat genetik.[15]
[16]

Linguistik Kognitif, sebaliknya, menolak gagasan tata bahasa bawaan, dan mempelajari bagaimana perasaan khalayak menciptakan konstruksi linguistik berpangkal skema peristiwa.[17]Ini juga mempelajari dampak kendala kognitif dan bias pada bahasa manusia.[18]
Sederajat halnya dengan pemrograman neurolinguistik, bahasa didekati melalui indera.[19]
[20]
[21]
Ahli bahasa serebral mempelajari perwujudan makrifat dengan berburu ekspresi nan berhubungan dengan skema sensorimotor.[22]

Pendekatan nan terkait erat adalah ilmu bahasa evolusioner yang mencakup studi unit linguistik sebagai replikator budaya.[23]
[24]
[25]
Adalah mungkin lakukan mempelajari bagaimana bahasa mereplikasi dan beradaptasi dengan perhatian orang ataupun komunitas ujar.[26]
[27]
Tata bahasa konstruksi adalah bentuk kerja yang menerapkan konsep meme untuk mempelajari sintaksis.[28]
[29]
[30]
[31]

Pendekatan generatif dan pendekatan evolusioner kadang kala disebut formalisme dan fungsionalisme.[32]Hanya konsep-konsep ini berlainan dari pemanfaatan istilah dalam humaniora.[33]

Lihat pula

[sunting
|
sunting sumber]

  • Daftar istilah linguistik

Pustaka

[sunting
|
sunting sumur]


  1. ^


    Martinet, André (1960).
    Elements of General Linguistics. Tr. Elisabeth Palmer Rubbert (Studies in General Linguistics, vol. i.). London: Faber. hlm. 15.





  2. ^


    S.C. Vasu (Tr.) (1996).
    The Ashtadhyayi of Panini (2 Vols.). Vedic Books. ISBN 9788120804098.





  3. ^


    Jakobson, Roman (1937).
    Six Lectures on Sound and Meaning. MIT Press, Cambridge, Massachusetts. ISBN 0262600102.





  4. ^


    Chierchia, Gennaro and Sally McConnell-Ginet (2000).
    Meaning and Grammar: An Introduction to Semantics. MIT Press, Cambridge, Massachusetts. ISBN 9780262531641.





  5. ^


    Adrian Akmajian, Richard A. Demers, Ann K. Farmer, Robert M. Harnish (2010).
    Linguistics
    (edisi ke-6th). The MIT Press. ISBN 0-262-51370-6. Diakses tanggal
    25 July
    2012
    .





    [
    pranala purnajabatan permanen
    ]



  6. ^


    Stylistics” by Joybrato Mukherjee. Chapter 49.
    Encyclopedia of Linguistics
    (PDF). Diarsipkan dari versi steril
    (PDF)
    tanggal 2013-10-04. Diakses tanggal
    2014-03-15
    .





  7. ^


    “Laki-laki nan berjasa meramaikan kembali bahasa kaki Aborigin yang mati; BBC Future, Alex Rawlings, 2 April 2019”.
    Zuckermann mendirikan satah penyelidikan lintas-disiplin yang disebut “Revivalistics”, yang berfokus pada kontinuitas semangat dan kebangkitan kembali bahasa nan intim punah dan telah punah di seluruh dunia, seperti bahasa Ibrani, Welsh, Cornish, Irlandia, Hawaii, Wampanoag, Myaamia, dan lainnya
    . Diakses tanggal
    5 April
    2019
    .





  8. ^


    Nöth, Winfried (1990).
    Handbook of Semiotics
    (PDF). Indiana University Press. ISBN 978-0-253-20959-7. Diarsipkan bersumber versi asli
    (PDF)
    tanggal 2021-08-15. Diakses tanggal
    2021-08-05
    .





  9. ^


    Hjelmslev, Louis (1969) [First published 1943].
    Prolegomena to a Theory of Language. University of Wisconsin Press. ISBN 0-299-02470-9.





  10. ^


    de Saussure, Ferdinand (1959) [First published 1916].
    Course in general linguistics
    (PDF). New York: Philosophy Library. ISBN 978-0-231-15727-8. Diarsipkan berasal versi asli
    (PDF)
    sungkap 2020-04-14. Diakses tanggal
    2021-08-05
    .





  11. ^


    Austin, Patrik (2021). “Theory of language: a taxonomy”.
    SN Social Sciences.
    1
    (3). doi:10.1007/s43545-021-00085-x. Diakses tanggal
    2021-08-02
    .





  12. ^


    Schäfer, Roland (2016).
    Einführung in die grammatische Beschreibung des Deutschen (2nd ed.). Berlin: Language Science Press. ISBN 978-1-537504-95-7.





  13. ^


    Halliday & Matthiessen (2004).
    An Introduction to Functional Grammar (3rd ed.)
    (PDF). London: Hodder. ISBN 0-340-76167-9.





  14. ^


    Daneš, František (1987). “On Prague school functionalism in linguistics”. Internal Dirven & Fried.
    Functionalism in Linguistics. John Benjamins. hlm. 3–38. ISBN 978-90-272-1524-6.





  15. ^


    Everaert, Huybregts, Chomsky, Berwick & Bolhuis (2015). “Structures, not strings: linguistics as part of the cognitive sciences”.
    Trends in Cognitive Sciences.
    19
    (12): 729–743. doi:10.1016/j.tics.2015.09.008. PMID 26564247. Diakses sungkap
    2021-08-03
    .





  16. ^


    Chomsky, Noam (2015).
    The Minimalist Program (2nd ed.). MIT Press. ISBN 978-0-262-52734-7.





  17. ^


    Arbib, Michael A. (2015). “Language evolution – an emergentist perspective”. Dalam MacWhinney & O’Grady.
    Handbook of Language Emergence. Wiley. hlm. 81–109. ISBN 978-1-118-34613-6.





  18. ^


    Tobin, Vera (2014). “Where do cognitive biases fit into cognitive linguistics?”
    (PDF). Privat Borkent.
    Language and the Creative Mind. Chicago University Press. hlm. 347–363. ISBN 978-90-272-8643-7.





    [
    pranala nonaktif permanen
    ]



  19. ^


    del Carmen Guarddon Anelo, María (2010). “Metaphors and neuro-linguistic programming”.
    The International Journal of Interdisciplinary Social Sciences.
    5
    (7): 151–162. doi:10.18848/1833-1882/CGP/v05i07/51812.





  20. ^


    Ibarretxe-Antuñano, Iraide (2002). “MIND-AS-BODY as a Cross-linguistic Conceptual Metaphor”.
    Miscelánea.
    25
    (1): 93–119. Diakses tanggal
    2020-07-15
    .





  21. ^


    Gibbs & Colston (1995). “The cognitive psychological reality of image schemas and their transformations”.
    Cognitive Linguistics.
    6
    (4): 347–378. doi:10.1515/cogl.1995.6.4.347.





  22. ^


    Luodonpää-Manni, Penttilä & Viimaranta (2017). “Introduction”. Dalam Luodonpää-Manni & Viimaranta.
    Empirical Approaches to Cognitive Linguistics: Analyzing Betulan-Life Data. Cambridge University Press. ISBN 978-1-4438-7325-3. Diakses tanggal
    2020-06-30
    .





  23. ^


    Pleyer & Winters (2014). “Integrating cognitive linguistics and language evolution research”.
    Theoria et Historia Scientiarum.
    11: 19–44. doi:10.12775/ths-2014-002. Diakses copot
    2021-08-03
    .





  24. ^


    Evans & Green (2006).
    Cognitive Linguistics. An Introduction. Routledge. ISBN 0-7486-1831-7.





  25. ^


    Croft, William (2008). “Evolutionary linguistics”
    (PDF).
    Annual Review of Anthropology.
    37: 219–234. doi:10.1146/annurev.anthro.37.081407.085156. Diakses terlepas
    2021-08-03
    .





  26. ^


    Cornish, Tamariz & Kirby (2009). “Complex adaptive systems and the origins of adaptive structure: what experiments can tell us”
    (PDF).
    Language Learning.
    59: 187–205. doi:10.1111/j.1467-9922.2009.00540.x. Diakses sungkap
    2021-08-03
    .





  27. ^


    Sinnemäki & Di Garbo (2018). “Language Structures May Adapt to the Sociolinguistic Environment, but It Matters What and How You Count: A Typological Study of Oral and Nominal Complexity”.
    Frontiers in Psychology.
    9: 187–205. doi:10.3389/fpsyg.2018.01141. PMC6102949alt=Dapat diakses gratis
    . PMID 30154738.





  28. ^


    Dahl, Östen (2001). “Grammaticalization and the life cycles of constructions”.
    RASK – Internationalt Tidsskrift for Sprog og Kommunikation.
    14: 91–134.





  29. ^


    Kirby, Simon (2013). “Transitions: the evolution of linguistic replicators”. Dalam Smith.
    The Language Phenomenon
    (PDF). The Frontiers Collection. Springer. hlm. 121–138. doi:10.1007/978-3-642-36086-2_6. ISBN 978-3-642-36085-5. Diakses tanggal
    2020-03-04
    .





  30. ^


    Zehentner, Eva (2019).
    Competition in Language Change: the Rise of the English Dative Alternation. De Gruyter Mouton. ISBN 978-3-11-063385-6.





  31. ^


    MacWhinney, Brian (2015). “Introduction – language emergence”. Dalam MacWhinney & O’Grady.
    Handbook of Language Emergence. Wiley. hlm. 1–31. ISBN 978-1-118-34613-6.





  32. ^


    Nettle, Daniel (1999). “Functionalism and its difficulties in biology and linguistics”. Dalam Darnell.
    Functionalism and Formalism in linguistics, 1. Studies in Language Companion Series.
    41. John Benjamins. hlm. 445–468. doi:10.1075/slcs.41.21net. ISBN 978-1-55619-927-1.





  33. ^


    Croft, William (2015). “Functional Approaches to Grammar”. Dalam Wright.
    International Encyclopedia of the Social and Behavioral Sciences.
    9
    (edisi ke-2nd). Elsevier. hlm. 6323–6330. doi:10.1016/B978-0-08-097086-8.53009-8. ISBN 978-0-08-097087-5.




Bacaan tercalit

[sunting
|
sunting sumber]

  • Chaer, Abdul (1994).
    Ilmu bahasa Umum. Rineka Cipta. 979-518-587-X.



  • Kridalaksana, Harimurti (2001),
    Kamus Linguistik, Gramedia Pustaka Utama, ISBN 979-515-292-9



  • Akmajian, Adrian; Demers, Richard; Farmer, Ann; Harnish, Robert (2010).
    Linguistics: An Introduction to Language and Communication. Cambridge, MA: The MIT Press. ISBN 0-262-51370-6.



  • Isac, Daniela (2013).
    I-language: An Introduction to Linguistics as Cognitive Science, 2nd edition. Oxford University Press. ISBN 978-0199660179. Diarsipkan dari varian asli tanggal 2011-07-06. Diakses rontok
    2014-03-15
    .



  • Pinker, Steven (1994).
    The Language Instinct. William Morrow and Company. ISBN 9780140175295.



  • Chomsky, Noam (1998).
    On Language. The New Press, New York. ISBN 978-1565844759.



  • Derrida, Jacques (1967).
    Of Grammatology. The Johns Hopkins University Press. ISBN 0801858305.



  • Crystal, David (1990).
    Linguistics. Penguin Books. ISBN 9780140135312.





Source: https://id.wikipedia.org/wiki/Linguistik

Posted by: bljar.com