Cerita Pendek Tentang Jujur – Hai semuanya, Selamat datang di Blog Senipedia. Pada kesempatan kali ini, saya akan sekali lagi mengulas mengenai Cerpen seperti sreg artikel sebelumnya. Dan disini, tema nan akan saya angkat yakni Cerpen tentang Jujur dan Netral.

Perilaku jujur merupakan sifat bani adam nan sangat disukai Allah. Selain mendapat ganjaran berupa pahala, bersikap jujur terhadap segala hal juga akan meningkatkan kepercayaan semua turunan kepada kita.

Himpunan Contoh Cerita Pendek Tentang Jujur nan telah saya rangkum di bawah ini, tujuannya bukan tak adalah buat memungkirkan diri kita, sepatutnya bisa meningkatkan dan mempertahankan kejujuran terhadap semua kejadian, serta menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung.

Berpose teruji pun mencaplok dua kejadian, tiba berasal berkata kata dan berperilaku. Terlebih ada adagium yang mengatakan “berujar jujurlah meskipun itu pahit”, karena pastinya, kebohongan belaka memakamkan sementara tapi mencelakakan selamanya.

Kumpulan Narasi Pendek Tentang Meyakinkan Nan Menginspirasi

Untuk itulah, cerita pendek mengenai jujur dalam jiwa sehari-musim pada artikel ini, saya dedikasikan lakukan semua pembaca, terutama momongan-anak kerumahtanggaan membuat karakter terbaik dan positif mereka bakal masa depan yang bertambah baik nantinya.

Cerita Ringkas Tentang Kredibel Yang Menginspirasi

Cerpen tentang kejujuran
Cerpen Mengenai Keterusterangan | Thepanicchannel.com

Kop Cerpen : Mengembalikan Kocek yang Terbelakang

Hari Minggu yang lalu, aku dan David memanfaatkan waktu lakukan bermain PlayStation di salah suatu tempat persewaan, dekat simpang empat jalan. Jarak tempat carter tersebut dengan rumahku namun berkisar beberapa puluh meter saja.

Pasca- main-main 1 jam, aku dan David memutuskan bakal pulang, selain itu tahun lagi mutakadim menunjukkan pukul 13.00 dan perutpun mulai lapar. Di pengembaraan, tiba-tiba sekadar David mematamatai sebuah kocek yang tercecer di tepi jalan.

“Eh Ki, ada dompet ki, ini dompet siapa ya? Kita cabut gak nih? Mayan capuk buat persen jajan..”
Ucapnya.

“Eh jangan gitu dong Vid, ini kan bukan hoki nasib baik kita. Takdirnya kita ambil dan belanjakan uangnya, setara artinya dengan mencolong Vid..”
Ucapku sembari melarang.

“Yaudah, saat ini kita rebut aja silam, tapi bukan untuk dibelanjakan isinya seandainya ada, tapi untuk disimpan, siapa sempat nanti alias besok, pemiliknya nyari lagi ke daerah sini..”
sambungku.

“Yaudah oke deh ki, kita simpan aja dulu.. Gila capuk, isinya banyak men..”
tutur David.

“Oalahh iya ya, kalau dihitung bertambah sejuta ini..”
sambungku.

Kesannya dompet tersebut kami dukung pulang dan simpan baik-baik. Selain menunggu tuan aslinya, tujuan kami menjumut dompet tersebut pun cak bagi menyelamatkannya dari hamba allah nan berniat jahat atau ingin mencuri dan memanfaatkan uang didalamnya.

Keesokan harinya, aku dan David kembali mengunjungi tempat tersebut sembari menunggu orang yang bertanya. Tetapi sesudah menunggu beberapa jam, lain ada satupun orang yang terlihat kehilangan saku.

Tidak lama kemudian, start-menginjak ada mobil pribadi nangkring di karib kami. Selepas drop dari mobil, tanpa basa-basi dia langsung bertanya ke kami..

“Dek, kalian ada menemukan kocek di selingkung sini nggak..?”
Ucapnya.

Kami hanya tungkap, karena ngeri tidak bapak ini empunya aslinya.

“Dompet tersebut mandraguna uang 1 miliun rupiah. Dan yang lebih signifikan juga, KTP, SIM, Tiket BPJS dan ATM kiai ada disitu..”
Sambungnya.

Aku semakin yakin bahwa bapak inilah pemiliknya, karena apa yang dia ucapkan sangat sesuai dengan patokan dari isi kantong yang kami temukan. Akupun mengoja diri bikin bermain bertanya..

“Memangnya warna luar dompet tersebut apa kemasan? Supaya kami bantu carikan..”
tawarku.

“Warnanya Serbuk-abu dek, bahannya dari jangat..”
jawabnya.

Karena semakin yakin, akupun berbisik ke David dan kami memutuskan untuk menerimakan dompet tersebut.

“Apakah ini dompet bapak..?”
Tanyaku. Dia pun meminta izin lakukan mengeceknya.

“Alhamdulillah, bermoral sekali nak, ini dompet bapak. Kalo kalian berdua belum berpengharapan, ini ada bukti cap di Surat Ikatan bapak sama persis dengan nama di KTP dalam saku ini, sejenis itu sekali lagi dengan fotonya..”
ucapnya.

“Ya telah, sebagai tanda terima anugerah kiai, ini ada kurang rezeki untuk kalian empat mata, berkat kejujuran dan kebaikan hati kalian..”
ucap sang bapak sambil tersenyum. Aku mematamatai dia memajukan tip tukaran 100 ribu sebanyak 2 lembar. Aku dan David awalnya mendorong.

“Tidak apa-segala apa nak, rebut saja. Anggap ini yaitu hadiah dari bapak, sebagai keunggulan terima rahmat..”
tuntasnya.

Akhirnya aku dan David menerima uang jasa tersebut, dan si bapak lagi menghindari.

*** ***

Cerita Pendek Adapun Keterusterangan

Titel Cerpen : Ini Tip Boleh jadi?

Pagi itu, sesampainya di sekolah aku melihat Aldi membeleng-beleng sama dengan kebingungan, namun aku tidak senggang apa penyebabnya. Aku memberangsangkan diri bikin bertanya.

“Aldi, kamu kenapa? Ada yang bilang ya..?”
Tanyaku.

“Iya nih Burik, uang yang dikasih ibu 10.000 tadi pagi buat bayar LKS, merosot entah dimana. Perasaan layak nyanpe pagar sekolah tadi masih di saku deh..”
jawabnya.

Mendengar jawaban Aldi, aku merasa kasihan dan membantunya mengejar uang tersebut di sekitar kelas. Tak lama kenudian, lonceng masuk berbunyi, sedangkan uang Aldi nan hilang belum tandang ditemukan.

Ketika Hawa masuk kelas, mula-mula kami mengucapkan salam dan berdo’a serampak. Setelah itu, Pak Guru membuka pembelajaran dengan mengajukan sebuah pertanyaan.

“Anak-anak asuh, sebelum kita start tutorial, bapak ingin bertanya sesuatu. Ada gak yang merasa kekurangan uang lelah..? Bapak menemukannya di sumber akar bidang datar kiai ini..”
cak bertanya Kelongsong Guru.

Mulai-tiba sahaja Yoda dan Wira menjawab dengan sewaktu secara bersamaan..

“Saya pak..”

Setelah itu, Aldi pun menjawab..
“itu uang saya pak..”.

Karena ada 3 siswa yang mengaku, kesannya pak guru pun dibuat kegalauan.

“Baiklah, bakal membuktikan uang ini milik siapa. Coba kalian bertiga sebutkan berapa besaran tip yang kiai temukan..”
tantang pak guru.

Mendadak, Wira dan Yoda terlihat bingung. Namun Aldi sambil menjawab..
“Tukaran 10.000 paket..”

Akupun menolong Aldi dengan memberi dukungan..
“Benar kelongsong, tadi sebelum ikut, Aldi memang sempat kisahan seandainya dia kehilangan uang 10.000 yang digunakan kerjakan membayar LKS Kelongsong…”
Jawabku.

Mendengar jawaban tersebut, mata Pak Guru langsung menghadap Yoda dan Wira..

“Jadi, kalian berdua berbohong..?”
Tanya Pak Guru.

“I..i..i..iya selongsong..”
jawab mereka empat mata secara bersamaan dengan sedikit gugup.

“Anak-anak, mulai sekarang, jangan perpautan berfirman bohong kerjakan meraih sesuatu nan bukan kepunyaan properti kita, berbohong yakni salah satu sifat ternoda dan harus dihindari..”
tuntas cangkang guru.

Selepas itu, Yoda dan Wira hanya dapat bertunduk malu dan merasa sangat bersalah.

*** ***

Kisahan Pendek Tentang Jujur Menunaikan janji Janji

Cerpen Tentang Kejujuran Menepati Janji
Cerpen Tentang Kejujuran Menepati Taki | Pixabay.com

Judul : Hujan di Malam Ahad

Sepulangnya dari Kampus tunggang itu, aku dan Wira menaiki Angkot tujuan Brebes. Cuaca patut mendung padahal masih jam 16.00, sepertinya hujan deras akan turun sore ini atau paling kecil tidak esok lilin lebah. Padahal, aku dan Wira mutakadim cak semau janji bakal bertemu.

Di perjalanan pulang…

“Ky, gimana nih? Kayaknya kerjakan hujan deh nanti malam, bisa berabe nih program ngumpulnya kalo ujan..”
ucap Wira kepadaku.

“Kita tatap aja dulu nanti. Kalaupun hujan angin, siapa tau cuman sebentar atau tetapi gerimis doang, aku tentu dateng cak kenapa ke rumah dia nanti malam..”
ucapku sambil meyakinkan Wira.

Tidak wejangan beberapa lama, aku mencecah rumah dan berpamitan dengan Wira.

Malam harinya, benar semata-mata, hujan abu runtuh dengan lebatnya, Aku masih ragu akan bintang sartan meninggalkan atau tidak. Namun karena sebelumnya mutakadim berjanji untuk datang, aku semakin bimbang mengingat binar yang buruk semacam ini.

Tiba-berangkat Wira meneleponku…

“Ky, gimana? Jadi gak nih?..”
Tanyanya.

“Tunggu Ra, aku gak bisa mastiin ya, teko kamu tau sendiri cuaca pun gak bersahabat…”
Ungkapku.

“Iya sih, yaudah deh Ky, kalo emang dirasa gak memungkinkan, gapapa, daripada nanti engkau jadi sakit. Kita ketemunya besok aja di sekolah..”
tutupnya.

Kulihat jam menunjukkan martil 20.00, provisional hujan masih tengah lebat-lebatnya. Hasilnya setelah mempertimbangkan beberapa lama, akupun mengakhirkan untuk pergi menggunakan mantel dan payung.

Ini juga demi menghargai taki yang telah kubuat tadi siang. Jam 08.30, aku sampai di depan rumah Wira. Dia terlihat terperanjat karena kenekatanku dalam menepati taki, seakan tidak menimang risiko nan mungkin terjadi.

“Loh Ki, dia nomplok juga balasannya, kok dipaksain banget sih? Akan datang sakit loh..”
bukanya.

“Gapapa Ra, aku gitu orangnya kalo udah janjian, sedapat boleh jadi bakal aku tempati..”
ucapku.

“Makasih banyak ya Bopeng, aku salut setinggi cara kamu intern menepati taki. Bentar ya, aku ambilin handuk terlampau..”
tutupnya.

*** ***

Kisah Positif Kejujuran Seseorang

Tajuk Cerpen : Tulisan Oto

Cuaca sepan seksi, sang Syamsu seakan menggerogoti tubuh dan jengger ke dalam. Karena masa liburan, aku dan 3 temanku membelakangkan buat mandi ke sungai wadah protokoler kami berlaku. Intern perjalanan, sepeda pelecok satu temanku menggores dinding mobil yang tengah parkir.

“Sreekkk…”
Suara minor gubahan stang sepedanya di bagian portal depan, alhasil terlibat jelas bekas gorekan yang membekas. Aku dan 3 temanku seketika langsung senewen dan kebingungan.

“Waduh, gimana dong ini? Pasti kena marah kita bro. Untung nan punya lagi gak disini.. Gimana nih…??”
Ucapku sembari sedikit panik.

“Yaudah gini aja, kita pergi dulu bersumber sini, nanti kalo disini aja pasti individu bakal curiga..”
jawab salah satu temanku.

Akhinya kami semua pergi menjauh tekor terbit kancah tersebut, sembari memperbincangkan dan mencari solusi jalan keluar.

“Gini aja bro, daripada ngambil risiko dengan lari, karuan dosa dong, dan kita sekali lagi akan merasa bersalah terus. Gimana kalo kita datangin spontan yang memiliki otomobil, trus minta maaf karena bukan sengaja udah menyenggol mobilnya..”
tawarku..

“Walah ky, kayaknya jangan deh, sumpat aku takut banget kalo nanti dia marah..”
jawab temanku yang menyenggol mobil tersebut.

Kami semua memang tidak ada niat untuk lari semenjak masalah ini, tetapi saja sedang mencari jalan keluar yang aman.

“Oke, gimana kalo kita tulis sertifikat di selembar kertas, trus kita tempel deh di mobil itu. Isi suratnya adalah aplikasi maaf kita.. Gimana..?”
Tawar salah satu antagonis.

Jadinya kami semua sepakat buat memakai idenya. Setelah surat selesai ditulis, kami semua kembali mendekati otomobil itu dan menyelipkan surat tersebut di spion mobil.

Tiba-start saja, si empunya mobil datang dan kami semua langsung keheranan.

“Terserah segala apa ini? Kalian lagi ngapain? Itu kertas apa..?”
Tanya empunya mobil.

Awalnya kami semua hanya terdiam, kemudian aku memberanikan diri untuk menjawab.

“Begini pakcik, tadi kami tidak sengaja menubruk otomobil om dan alhasil tergores invalid. Karena kami bersimbah dimarahi, makanya kami tulis akta misal tanda petisi ampunan kami semua, dan menempelkannya disini..”
jawabku.

Mendengar jawabanku tersebut, pemilik mobil rupanya sekalian tersentuh dan terkagum dengan kejujuran kami.

“Ooh, begitu ceritanya. Tidak usah takut, om maafkan kok. Om juga silam bangga dan salut dengan kejujuran kalian. Karena zaman sekarang, habis susah mencari pemuda-teruna yang cak hendak bersikap jujur dan memufakati kesalahan mereka..”
tuntas tuan oto

Alhasil, aku dan musuh-teman semua merasa lega dan kamipun melanjutkan perjalanan menuju sungai.

*** ***

Cerpen Keterbukaan Hati

Cerpen Kejujuran Hati
Cerpen Kejujuran Hati | Pixabay.com

Kepala karangan Cerpen : Rasa Yang Sama

Selayaknya, sejak duduk di amben kelas 2 SMA dulu, aku mutakadim jatuh hati padanya, dia bernama Mira, teman sekelas yang cantik, baik dan berisi. Doang barang apa rahasia, mengaguminya privat diam ternyata menjadi pilihanku.

Enggak sonder sebab, ini bermula bermula kesadaran pribadi saja. Aku merasa bukanlah sosok lelaki yang memadai dan pantas untuk mendapatkan cintanya. Pesimis memang, cuma begitulah realitanya.

Suatu tahun lebih aku memendam rasa ini intern-internal, setakat pada hasilnya masa ini menjadi hari terakhir sekolah, sebelum ujian nasional nan akan diselenggarakan dua Minggu berikutnya.

Aku berinisiatif, dua minggu kedepan ini tak akan lagi mengingat Mira, dan mengusirnya jauh-jauh dari pikiranku. Aku bertekat untuk fokus belajar demi menghadapi UN, meski sejatinya ini bukanlah perkara mudah.

Singkat narasi, UN juga selesai. Aku kembali boleh bertemu Mira di sekolah seperti biasa. Kedatangan kelas 3 ke sekolah merupakan momen mematamatai hasil ujian, lulus alias tidaknya. Alhamdulillah, kami pupus 100%.

Sore harinya, mayoritas anak kelas bawah 3 mengajak buat urut-urutan-urut-urutan ke pantai yang kebetulan hanya berjarak 3 km dari lokasi sekolah, dalam tulang beragangan memestakan kelulusan ini.

Tiba-mulai saja Mira mendatangiku.

“Ky, kamu masuk kronologi-jalan gak sama temen-temen..?”
Cak bertanya Mira.

“Rencana sih turut Ra, lagian ini kan dalam tulangtulangan solidaritas juga..” ungkapku.

“Gini Ky, aku pengen ikut tapi gak suka-suka temen. Kamu bareng aku aja ya? Ingin nggak..?”
Tawar Mira.

“Ohh, gapapa Ra, kamu menyerentakkan aku aja..”
tuntasku dan kami semuapun start.

Sepulangnya semenjak sana, hari mulai malam dan jam dinding menunjukkan pukul 19.00. Mulai-menginjak saja Mira mengajakku untuk mampir selintas di salah satu Cafe tepi urut-urutan bagi minum sembari ngobrol.

Di tengah obrolan, Mira membuka percakapan yang sedikit privasi..

“Ky, ngomong-ngomong, terserah gak sih, yang mau kamu ungkapin ke aku? Bukan apa sih, ini teko pertemuan terakhir kita di sekolah..”
Ucapnya seraya tersenyum simpul.

Aku nan semakin keseleo tingkah makanya senyumnya start gugup..

“Ungkapin apa ya Ra, dayuh sih karena kita semua lakukan bererak, setelah 3 waktu bersama..”
ucapku.

“Itu doang? Musim gak cak semau sih yang kepingin diungkapin ke aku, kerumahtanggaan peristiwa pribadi gitu sih.. hehe..”
balasnya.

Aku merasa Mira mulai memancingku lakukan mengajak ke obrolan nan minus personal. Di sisi lain, aku lagi berfikir ada benarnya apa yang dibilang Mira. Balasannya, aku memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku kepadanya.

“Ra, kalo dapat teruji, sejak kelas 2 silam, aku udah ambruk hati sama kamu. Kamu ialah manusia yang selalu ada dalam pikiranku dan hatiku..”
ucapku.

Belum selesai aku bicara, Mira langsung menyela pembicaraanku sambil menyambut kedua tanganku.

“Iya Ky, aku ngerti dan reseptif banget kok, gimana perasaanmu ke aku. Sejujurnya aku juga udah lama mendam perasaan ke dia. Tapi aku nanang tidak kelihatannya aja aku yang duluan ngungkapin. Makanya aku pancing kamu biar duluan ngomong..”
tuntasnya.

Mendengar jawaban Mira, tiba-tiba semata-mata ada rasa yang amat berontak dan bergejolak n domestik hatiku. Aku merasa Tuhan sudah lalu menjawab semua do’a-do’a ku.

Tanpa berlama-lama, aku mengungkapkan segala apa harapanku kepadanya, dan dia mengamini dengan tulus. Tamat.. wkwk..

*** ***

Cerita Ringkas Akan halnya Jujur Singkat

Judul Cerpen : Jujur membawa Berkah

Hari ini, aku pulang sekolah agak cepat, dikarenakan para guru mengadakan bersampingan, sehingga semua murid dipulangkan kian awal. Sesampainya di rumah, Ayah bertanya kepadaku.

“Ky, engkau cak semau ngeliat duit buya nggak? Semalam bapak tarok dalam saku serawal ini..”
tanya bapak seraya menunjukkan seluar tersebut.

“Enggak ada buntelan, aku gak suka-suka liat ataupun ngambil uang lelah di saku celana tersebut..”
tuturku.

“Oh iya, Indra mana buntelan? Dia udah pulang sekolah atau belum..?”
Tanyaku.

“Udah tadi, tapi setelah itu ia refleks segera menyingkir main, katanya mau ke rumah Kevin..”
ucap buya.

Mendengar jawaban tersebut, aku langsung curiga pada Alat pencium. Karena kebanyakan jam segini engkau belum menghindari main, karena harusnya ini jam tidur siangnya.

Setelah saling gaun, aku langsung berpamitan keluar sejemang.

Sesampainya di persimpangan urut-urutan, aku sekonyongkonyong melihat Indra semenjana bermain PS di salah satu palagan perentalan. Aku langsung menjangkiti dan memanggilnya keluar selintas.

“Ndra, tadi Bapak bilang dia kehilangan duit, kamu cak semau ngeliat maupun ngambil gak..?”
Tanyaku dengan sedikit tegas.

Mukanya tiba-tiba terlihat langsung pucat dan minus ketakutan. Aku semakin syak hati ditambah lagi ia hanya terdiam sonder menjawab pertanyaanku.

“Udahlah, anda bonafide aja, gak usah bohong proporsional berma.. Kalo kamu ngaku sekarang, abang gak lakukan laporin ke bapak kok..”
ucapku.

“Iya deh bang, aku nan ngambil tadi, soalnya teman-teman puas ngajakin main PS, sedangkan uangku tak ada..”
jawabnya dengan kurang sedih.

Sesampainya di rumah, aku memang tidak memperlagakan ke kiai bahwasanya Cingur lah yang mencuri uang tersebut. Saja ketika bersantap lilin lebah, Indra seketika jujur kepada Bapak dengan berbarengan.

“Kelongsong, maafin Indra ya, sebenernya Alat pencium yang ngambil tip dalam kantong seluar buya. Ini semua Indra lakukan karena cak hendak sekali berlaku PS tadi siang bersama teman-kutub Indra yah..”
ujar Cingur dengan roman penuh penyesalan.

“Ohh jadi kamu yang ngambil..? Kenapa tidak diminta tetapi sinkron ke bapak, pasti kiai anugerah mengapa. Mulai sekarang, jangan pernah mencuri lagi ya, kalau mau sesuatu itu langsung minta sahaja kepada bapak..”
jawab Kiai.

“Iya yah, Cingur gak bagi ngilanginnya lagi..”
tuntas Alat pencium.

“Nah, karena dia udah mau teruji setimbang bapak, lusa uang jasa jajan sekolah beliau bapak tambah..”
gumam bapak.

Tampak wajah suka dan tahir terpancar dari cahaya muka Hidung. “Yang bermoral pak..? Makasih banyak cangkang..” jawab Cingur dengan muka riang.

“Iya, selevel-selevel..”
tutup buya.

*** ***

Cerita Sumir Kejujuran dalam Kehidupan Sehari-musim

Cerita Pendek Kejujuran dalam Kehidupan Sehari-hari
Cerita Pendek Kejujuran dalam Usia Sehari-hari | Siedoo.com

Kepala karangan Cerpen : Ponsel Yang Hilang

Burit itu terasa sedemikian itu kacau, semua hadir ketika Smartphone kesayanganku hilang, terlambat entah dimana. Gelanggang yang aku kunjungi sebelumnya sudah aku cek kembali, belaka tak kunjung bertemu.

Berulang mana tahu aku telepon, ponsel tersebut sudah lain aktif. Aku semakin curiga, berpikir bahwa ponsel tersebut telah ditemukan makanya seseorang, kemudian dia menonaktifkannya untuk pergi si pemilik.

Aku menangkap basah keseleo satu antitesis yang kebetulan madya ngopi di kedai. Aku meminjam smartphone miliknya bakal membuat postingan Facebook, yang mengabarkan bahwasanya ponselku telah hilang, bersama-sama bakal meminta pertolongan.

Baru saja aku login ke akunku, aku melihat postingan Bu Niskala (tetanggaku), yang mengatakan sudah menemukan sebuah ponsel terlambat di siring jalan. Tanpa basa-basi lagi, aku segera mengunjungi rumahnya.

Sesampainya disana, aku sekaligus mempersunting mengenai ponsel yang ditemukannya itu.

“Bi, barang apa benar bibi menemukan ponsel tercecer di perkembangan..?”
Tanyaku.

“Iya ky, ibu menemukannya di jerambah rumah, tapi ponselnya sepi, mungkin karena adanya sedikit benturan. Ngomong-ngomong ada apa ya ky..?”
Jawab bibi Maya.

“Gini bi, aku rasa itu ponsel aku deh, soalnya kebetulan dari tadi siang ponselku hilang bi, dan kebetulan juga aku lewat di halaman rumah bibi sebelumnya..”
jawabku.

Kemudian Bibi Khayali menunjukkan ponsel yang ditemukannya itu. Benar saja, ternyata ekuivalen persis dengan Smartphoneku. Aku kemudian mengaktifkan ponsel tersebut untuk teruji Bibi Maya bahwa itu adalah milikku yang hilang tadi.

“Makasih banyak ya bu, udah menemukan ponselku. Padahal tadi aku hampir putus asa untjk bisa mendapatkannya lagi..”
ucapku.

“Lain usah berterima karunia setimpal bibi ky, ponsel itu sebenernya ditemukan maka dari itu anak asuh-anak itu..”
ujar bibi sambil menunjuk ke arah pelataran rumah, yang detik itu suka-suka seputar 5 basyar anak-anak asuh yang tengah berperan.

Aku langsung menghampiri mereka sambil mengucapkan terima kasih. Sesudah itu, aku mengajak mereka semua makan nasi goreng bersama di warung pak Mamat, mendapat kebanggaanku atas keterbukaan mereka.

*** ***

Kisahan Singkat Majikan Yang Adil

Judul Cerpen :

Menangani

Kasus Penculikan

Seisi kampung sedang heboh-hebohnya, hal penculikan kembali cangap terjadi, selepas sekian lama tidak pun ada. Oleh karena itu, pemuda kampung menjatah tugas jadwal piket lilin batik / kegiatan ngeronda.

Di minggu mula-mula, semuanya aman teratasi. Hari permulaan di Minggu berikutnya yakni giliran aku dan 5 orang lainnya. Hari sudah menunjukkan martil 02.00 dinihari, 3 temanku sudah tertidur.

Aku dan 2 lainnya berinisiatif untuk berkeliling kampung dengan melanglang kaki. Di tengah avontur, aku mematamatai seseorang berjalan mengendap ke arah belakang rumah, melampaui gang kecil yang cak semau di antara rumah warga.

“Bro, kayaknya itu ada orang deh..”
ucapku.

“Ah yang bersusila ky, perasaan gak ada siapa-siapa deh..”
bantah salah satu temanku.

“Beneran bro, aku ngeliatnya langsung. Yuk kita cek..”
ajakku.

Aku dan mereka pun meninggalkan mengecek ke lokasi tersebut. Ternyata benar saja, kami menemukan seseorang nan tengah sibuk mencongkel aliran udara rumah warga dengan sebuah benda tajam.

Aku dan teman-teman menggiringnya ke flat Pak RT cak bagi disidang pagi ini. Namun, kami belum berani mendedahkan kedok si pencuri tersebut, dan sepakat supaya Pak RT saja yang membukanya kelak pagi.

Pada pagi harinya, banyak warga yang telah berkumpul. Kemudian, Pak RT mengekspos kedok pencuri itu. Sontak semua warga kaget saat mendapati bahwa basyar nan dibalik topeng itu yaitu keponakan bapak RT sendiri.

Dengan tegas, Pak RT berkata..

“Meskipun kamu adalah keponakanku, jangan mohon aku akan menolongmu. Hukum akan tetap aku tegakkan sebagaimana mestinya…”
Tuntas Cangkang RT.

Mendengar bacot tersebut, aku dan seluruh penduduk sangat kagum dan bangga terhadap sikap anda. Dia telah mencerminkan keadilan dalam memimpin.

Yuk, baca pun 7+ Kisah Singkat Motivasi ini.

Penutup

Demikianlah, ulasan kali ini tentang Kumpulan contoh kisah pendek tentang jujur dan netral. Melintasi kata sandang ini, kami harap bisa menjadi inspirasi, ki dorongan dan pendedahan bagi kita semua, tentang betapa pentingnya bersikap jujur dan objektif intern menjalani kehidupan. Terima kasih. (Teks).