Bangsa Sumeria Dalam Al Quran
Jum’at, 16 Rabiul Akhir 1444 H / 3 Oktober 2014 14:02 wib
64.383 views
Bangsa Sumeria Kuno dan Bahtera Nabi Nuh AS
Sahabat Voa-Islam,
Ayo belajar sejarah kultur kuno,
Sebenarnya, bangsa ini tak disebut secara gamblang internal Al-Alquran sebagaimana kaum Saba’ dan Tsamud. Namun, sepak terjangnya bisa disimak pada cerita Nabi Nuh AS dengan didukung studi para ahli adapun kehebatan bangsa nan dilanda air bah samudra kala itu.
Plong periode 1922 sampai 1934, Leonard Woolley dari The British Museum, Inggris, dan University of Pensylvania, Amerika, memandu sebuah penelitian arkeologis di tengah padang pasir antara Baghdad dan Teluk Persia. Di arena nan diperkirakan dulunya asosiasi berdiri sebuah kota bernama Ur, mereka melakukan penggalian. Dari salutan pertama kerak bumi hingga panca meter ke bawah terdapat sebuah salutan tanah yang ampuh berbagai benda yang terbuat berpokok gangsa dan perak. Ini benda-benda peninggalan nasion Sumeria yang diperkirakan nasib sekitar 3.000 musim Sebelum Masehi. Mereka bangsa yang telah dapat membentuk benda dari logam. Di bawah lapisan purwa itu mereka menemukan sebuah lapisan kedua sakti deposit pasir dan kapling liat setebal 2,5 meter. Pada salutan itu masih terletak sisa-sisa binatang laut berformat kerdil.
Yang mengejutkan, di sumber akar saduran pasir dan tanah liat itu terdapat lapisan ketiga berisi benda-benda rumah tahapan nan terbuat berusul porselen. Bergantian itu dibuat oleh tangan hamba allah. Tidak ditemukan benda logam satu pun di lapisan itu. Diperkirakan, benda-benda tersebut pusaka umum Sumeria Kuno yang hidup di Zaman Bujukan. Menurut perkiraan para juru, lapisan kedua itu merupakan sedimen luluk akibat banjir yang terjadi pada zaman Rasul Nuh.
Air bah itu sudah menenggelamkan masyarakat Sumeria Bersejarah, yang peluang lautan mereka adalah kaum Nabi Nuh. Lalu selut yang terbawa air ampuh itu menumpuk sisa perabadan masyarakat tersebut. Berabad-abad, atau puluhan abad kemudian setelah banjir berlalu, barulah hadir kembali umum baru di atas sepuhan kedua itu, merupakan masyarakat Sumeria Baru, nan peradabannya jauh lebih modern daripada masyarakat Zaman Batu yang tertimbus lumpur itu.
Peradaban bangsa ini terbagi dua: kebudayaan sebelum banjir lautan, atau disebut pula Sumeria Bersejarah, dan pascabanjir segara, Sumeria Baru.
Bangsa Sumeria nasib di lurah Sungai Eufrat dan Tigris, Irak sekarang, yang congah dan tersohor dengan stempel Lembah Mesopotamia. Mereka menautkan pola hidupnya dengan mengolah tanah-tanah pertanian. Lembah itu telah dihuni sejak 4.000 SM, justru mungkin lebih tua lontok lagi. Nasion Sumeria merupakan bangsa yang pertama boleh jadi membangun sebuah kultur besar di wajah manjapada ini. Mereka mempunyai tradisi sastra yang kuat dan mengembangkan syariat serta mitologi yang mengesankan. Di samping itu, mereka sudah mempunyai huruf
cuneiform
(abjad maupun fon-simbol huruf, seperti leter Hieroglif di Mesir Bersejarah) sebagai instrumen komunikasi dan penulisan-penulisan karya ilmiah.
Kota yang minimum terkenal adalah Ur, Uruk, atau Urartu. Di samping kota Ur, dikenal pun kota-kota kuno lainnya yang dibangun bangsa Sumeria; seperti Erech, Shuruppak, dan Kish.
Sistem tangan kanan mereka yaitu mempercayai adanya dewa-peri yang memberikan perlindungan kehidupan di dunia ini. Dewa tertinggi dan terkuat di antara mereka adalah Dewa Inana. Ini adalah dewa langit yang merajai seluruh dewa-dewi. Di dalam Al-Quran, dewa-bidadari itu disebut Wudd, Suwa, Yaghuts, Ya’uuq, dan Nasr. “Dan mereka berkata, ‘Jangan sekali-mungkin kamu menyingkir tuhan-tuhan engkau dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan Wadd, Suwwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr.” (QS Nuh: 23).
Bangsa inilah nan pertama kali memperkenalkan kuil-kuil atau candi yang dinamakan
ziggurat
sebagai tempat ibadah dan persembahan kepada betara-dewinya. Dewa dan haur itu digambarkan intern bentuk reca nan tersebar di banyak
ziggurat
di kota-kota Sumeria.
Kultur Sumeria Bersejarah
Peradaban tinggi yang telah dibangun maka dari itu bangsa Sumeria Kuno, membuat masyarakatnya semakin jauh dari petunjuk yang telah dibawa oleh para rasul penting. Patung batara-dewi yang mereka sembah adalah bukti kesesatan itu. Maka, diutuslah Nuh bersumber kalangan mereka untuk membentangkan ajaran ketauhidan, supaya beribadah hanya kepada Allah.
“Nuh berkata, ‘Hai kaumku, senyatanya aku adalah pemberi peringatan yang menguraikan kepada beliau. Sembahlah Halikuljabbar, bertakwalah kepada-Nya, dan taatlah kepadaku. Niscaya Sang pencipta akan menghapuskan sebagian dosamu dan menangguhkan dia hingga pada waktu yang ditentukan. Sememangnya kelanggengan Almalik apabila telah nomplok tidak bisa ditangguhkan kalau ia mengetahui.” (QS Nuh: 2-4).
Sama dengan biasa, jawaban yang dituruti Nuh sekelas seperti jawaban khalayak-hamba allah perejah dan muluk yang lainnya. Mereka mengatakan, Nuh tak enggak yakni seorang manusia sahih yang tidak punya kemampuan apa-apa. Lebih lagi mereka mengaibkan, beliau adalah seorang yang hilang ingatan. Namun demikian, Nuh tetap mengajak kaumnya untuk pula ke tanzil tauhid.
Seperti kisah para utusan tuhan yang tidak, purwa yang menjadi pengikutnya yaitu golongan lemah, miskin papa, nan tidak mempunyai daya apa-segala di hadapan para penguasa Sumeria. Maka, pencelaan dan penolakan pun semakin menjadi-bintang sartan. Keadaan ini digambarkan internal Al-Quran bak berikut, “Maka berkatalah pemimpin-ketua kafir dari kaumnya, ‘Kami tak melihat sira, melainkan (ibarat) seorang makhluk (resmi) sebagai halnya kami, dan kami tidak melihat orang-orang nan mengikuti kamu, melainkan manusia-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tak melihat sira memiliki satu kemujaraban apa pun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah khalayak-bani adam nan bidah’.” (QS Hud: 27).
Mereka bahkan mengancam Nuh dengan introduksi-kata yang silam seram, “Mereka berkata, ‘Sungguh sekiranya kamu tidak ingin berhenti, hai Nuh, niscaya benar-benar sira akan termasuk khalayak-basyar yang dirajam (dilempari bencana hingga sirep).” (QS Asy-Syu’ara’: 116).
Demikianlah perjuangan kaumnya atas ajakan Nuh AS. Bahkan amputan dan putranya termasuk dari golongan mereka yang membidik Nuh. Konon, nama putra Nuh yang menolak ajakan bapaknya bernama Kanaan (Qana’an).
Berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun, bahkan puluhan musim Nuh mengajak kaumnya ke jalan yang etis. Namun, hasil yang didapat tidaklah sebagaimana yang ia harapkan. Perkelahian dan ejekan-ajukan pun semakin menjadi-jadi. Nuh menjadi lalu sedih dan mengadukan situasi ini kepada Allah, “Nuh beribadat, ‘Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakan aku’.” (QS Al-Mukminun: 26).
N domestik surah lain, dikemukakan, “Nuh merenjeng lidah, ‘Ya Tuhanku, sepatutnya ada aku sudah lalu menyeru kaumku siang dan malam. Maka seruanku itu hanyalah meninggi mereka lari dari kebenaran. Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka sepatutnya Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke n domestik telinga dan menutupkan bajunya, dan mereka tetap menyanjung-nyanjung diri dengan terlampau’.” (QS Nuh: 5-7).
Bahtera Samudra
Yang mahakuasa, Yang Maha Mendengar, menjawab keluhan Nuh dalam firman-Nya, “Dan diwahyukan kepada Nuh bahwasannya sekali-barangkali lain akan berketentuan di antara kaummu kecuali hamba allah yang telah berketentuan, karena itu janganlah kamu bersedih hati akan halnya apa yang telah mereka buat. Dan buatlah berlepas itu dengan pengawasan dan tajali tanzil kami, dan janganlah sira bicarakan dengan Aku akan halnya turunan yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.” (Hud: 36-37).
Maka dibuatlah sampan itu oleh Nuh AS dibantu makanya putra-putranya yang percaya, Ham, Syam, dan Yafitz, serta kaumnya nan berkeyakinan. Lain terbayangkan bagaimana mereka membentuk perahu di kawasan pesawahan dan perkebunan Mesopotamia itu. Dan ketahuilah, Nuh dan kaumnya itu enggak para nelayan yang biasa melaut dan bikin sampan! Pula pun perahu yang dibuat oleh “orang-orang yang lain ahlinya” itu harus arombai nan superbesar, nan akan mengangkut manusia-orang yang berkepastian dan binatang-satwa secara berpasang-inversi. Sudah dapat dipastikan, pekerjaan mereka itu menjadi bahan olok-olokan nan semakin menjadi-kaprikornus dari kaumnya yang kufur itu. Namun, berkat pimpinan wahyu, selesailah lambu yang incaran bakunya berasal kayu itu.
Dalam Al-Alquran diriwayatkan, Allah memerintahkan Nabi Nuh bikin mengirimkan masing-masing satwa sepasang (kosen dan lebah ratulebah) ke privat bahteranya, “Sebatas apabila perintah Kami hinggap dan dapur telah menyerikan air, Kami bersuara, ‘Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing fauna sejodoh jaantan dan betina, dan keluargamu, kecuali orang yang mutakadim terdahulu ketetapan terhadapnya, dan muatkan sekali lagi makhluk-orang yang beriktikad.” (QS Hud: 40).
Maka, sesuai dengan tanda yang diisyaratkan, berupa “perbaraan yang telah memancarkan air”, yakni timbulnya angin indra bayu, naiklah putra-putra Nuh yang beriman, kecuali istrinya dan Kanaan, orang-orang yang beriman, beserta satwa-fauna ternak berpasang-pasang. Tentatif, sosok-basyar kufur Sumeria Kuno itu semakin mengejek Nuh dan kaumnya. Mereka mengira, hujan itu adalah hujan pemberian dari dewa-dewi mereka.
Sudahlah, sejak saat itulah hujan angin terus-menerus mengguyur drum subur Mesopotamia itu. Dua sungai lautan, Eufrat dan Tigris, tidak bisa lagi menabok revolusi air yang diguyur hujan rimbun nan tak ada henti-hentinya. Tenggelamlah kaum Nabi Nuh yang kafir tersebut kerumahtanggaan banjir besar yang tiada taranya.
Konon, hujan itu berlangsung sepanjang 40 periode 40 lilin lebah, dan baru surut setelah 150 hari. Menurut studi para tukang, banjir yang terjadi detik itu lain melanda seluruh dunia, melainkan hanya terjadi di kawasan Mesopotamia, waktu ini termasuk kawasan Irak, khususnya di daerah lembah antara Sungai Eufrat dan Sungai Tigris. Hanya karena lembah tersebut demikian luas, detik terjadi hujan angin superlebat berhari-periode, meluaplah kedua batang air itu. Lalu airnya menenggelamkan lembah di antara dua batang air tersebut. Demikian banyak airnya sehingga kanyon itu berubah seperti laut, menenggelamkan seluruh umat Nabi Nuh yang ingkar di leger itu.
Pada periode ‘90-an, para arkeolog pecah Inggris dan Amerika itu menemukan fosil yang diduga bahtera Rasul Nuh di Pegunungan Ararat, Armenia. (may/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi darmabakti sholeh kita!
+Pasang iklan
Gamis Syari Murah Terbaru Original
FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online minus ganar ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, corak beragam. Campah dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id
Cari Perunding Herbal Murah & Berkualitas?
Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal berusul berbagai penggarap dengan >1.500 keberagaman produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com
Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online
Kepingin penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Minus modal, boleh dikerjakan siapa pun dari rumah maupun di periode senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com
NABAWI HERBA
Suplier dan Distributor Aneka Pengasosiasi Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Satuan & Grosir Minimal 350,000 dengan rabat s.d 60%. Pembelian bisa ramu komoditas >1.300 jenis barang.
http://www.anekaobatherbal.com
Source: https://www.voa-islam.com/read/smart-teen/2014/10/03/33206/bangsa-sumeria-kuno-dan-bahtera-nabi-nuh-as/
Posted by: bljar.com