Bagaimana Contoh Penulisan Pola Irama
Sajak
merupakan salah satu jenis karya sastra nan gaya bahasanya silam ditentukan maka itu irama, rima, serta penyusunan jajar dan bait. Penulisan puisi dilakukan dengan bahasa yang gemi dan seleksian kata yang tepat, sehingga meningkatkan kesadaran orang akan pengalaman dan mengasihkan tanggapan khusus suntuk penataan obstulen, musik, dan pemaknaan khusus.[1]
Puisi mengandung seluruh unsur sastra di dalam penulisannya. Perkembangan dan perlintasan bentuk dan isi pada puisi selalu mengajuk perkembangan selera, pertukaran konsep estetika dan kemajuan intelektual basyar. Puisi mampu membuat ekspresi mulai sejak pemikiran yang mempengaruhi perasaan dan meningkatkan imajinasi panca indra internal wasilah yang berirama. Presentasi puisi dilakukan dengan bahasa yang memiliki makna mendalam dan menarik. Isi di dalam syair adalah catatan dan perwakilan berusul pengalaman terdahulu yang dialami maka dari itu manusia.[2]
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan pendayagunaan sengaja pengulangan, meter, dan rima yaitu yang mebedakan puisi terbit prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan dan rukyah kaum publik galibnya mengeluarkan puisi dan prosa dari jumlah abc dan kalimat dalam karya tersebut. Sajak kian ringkas dan padat, sementara itu prosa bertambah bersirkulasi sama dengan mengutarakan kisah. Beberapa pakar modern punya pendekatan dengan mendefinisikan puisi lain sebagai tipe literatur namun sebagai perwujudan imajinasi individu, nan menjadi perigi segala daya kreasi. Selain itu, sajak juga merupakan tuangan isi lever seseorang nan membawa orang lain masuk ke intern situasi hatinya.
Di dalam puisi pun biasa disisipkan majas yang membuat sajak itu semakin indah. Majas tersebut juga bermacam-macam, salah satunya merupakan sarkasme yaitu sindiran simultan dengan garang.
Di beberapa daerah di Indonesia puisi lagi caruk dinyanyikan n domestik rangka pantun.
Leret-baris plong puisi bisa berbentuk apa cuma (melingkar, zig zag, dan lain-lain). Kejadian tersebut yakni salah satu prinsip penulis bikin menunjukkan pemikirannya. Tembang kadang sahaja berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Cak bagi pembaca, kejadian tersebut mungkin membuat puisi menjadi tidak ataupun tekor bisa dimengerti. Tetapi carik sayang memiliki alasan bikin apa ‘keanehan’ nan diciptakannya. Tak ada batasan untuk seorang notulis dalam menciptakan sebuah tembang. Terserah beberapa perbedaan antara kelong dan puisi baru.
Saja bilang kasus mengenai puisi maju maupun tembang
cyber
belakangan ini makin memprihatinkan seandainya ditilik dari pokok dan cara puisi itu koteng, yaitu ‘kompresi kata’. Kebanyakan penyair aktif sekarang, baik pemula alias bukan, lebih mementingkan kecondongan bahasa dan lain pada pokok tembang tersebut. Mereka kelesa atau tidak cak hendak untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.
Jadi, puisi sepatutnya merupakan seni yang memiliki perasaan ketika melantunkan dan melaraskan nya, sehingga pendengar boleh merasakan emosi dan berimajinasi tentang intensi puisi tersebut.
Daftar Isi:
-
1
Dasar-dasar mendaras puisi [sunting | sunting sumber] -
2
Atom-unsur tembang [sunting | sunting sumber]-
2.1
Struktur fisik tembang [sunting | sunting sendang] -
2.2
Struktur batin puisi [sunting | sunting sumber]
-
2.1
-
3
Jenis-jenis tembang [sunting | sunting sumur]-
3.1
Berdasarkan periodisasinya [sunting | sunting sumber]-
3.1.1
Puisi lama [sunting | sunting sumber]-
3.1.1.1
Mantra [sunting | sunting sumber] -
3.1.1.2
Kelong [sunting | sunting sumber] -
3.1.1.3
Karmina [sunting | sunting sumur] -
3.1.1.4
Seloka [sunting | sunting sumber] -
3.1.1.5
Gurindam [sunting | sunting sumber] -
3.1.1.6
Syair [sunting | sunting sumber] -
3.1.1.7
Talibun [sunting | sunting sendang] -
3.1.1.8
Rubaiat [sunting | sunting sumber] -
3.1.1.9
Gaza [sunting | sunting sumber] -
3.1.1.10
Kit’ah [sunting | sunting sumber] -
3.1.1.11
Masnawi [sunting | sunting perigi] -
3.1.1.12
Nazam [sunting | sunting sumur] -
3.1.1.13
Dedal [sunting | sunting sendang]
-
3.1.1.1
-
3.1.2
Syair baru [sunting | sunting sendang]-
3.1.2.1
Balada [sunting | sunting sendang] -
3.1.2.2
Lagu pujian [sunting | sunting sumber] -
3.1.2.3
Ode [sunting | sunting perigi] -
3.1.2.4
Epigram [sunting | sunting perigi] -
3.1.2.5
Romansa [sunting | sunting sumur] -
3.1.2.6
Elegi [sunting | sunting sendang] -
3.1.2.7
Satire [sunting | sunting sumur]
-
3.1.2.1
-
3.1.1
-
3.2
Berdasarakan bentuknya [sunting | sunting sumber]-
3.2.1
Distikon [sunting | sunting sumber] -
3.2.2
Setiga [sunting | sunting sumber] -
3.2.3
Kuatren [sunting | sunting sumber] -
3.2.4
Kuint [sunting | sunting sumber] -
3.2.5
Sajak enam seuntai [sunting | sunting mata air] -
3.2.6
Septima [sunting | sunting perigi] -
3.2.7
Oktaf atau Stanza [sunting | sunting sumber] -
3.2.8
Soneta [sunting | sunting sumber] -
3.2.9
Syair masa kini [sunting | sunting sumur] -
3.2.10
Puisi aji-aji [sunting | sunting sumber] -
3.2.11
Syair mbeling [sunting | sunting mata air] -
3.2.12
Sajak konkret [sunting | sunting sumur]
-
3.2.1
-
3.3
Berlandaskan aspek ungkapannya [sunting | sunting sendang]-
3.3.1
Puisi lirik [sunting | sunting sumber] -
3.3.2
Puisi epik [sunting | sunting sumber]
-
3.3.1
-
3.1
-
4
Sajak santai [sunting | sunting sumber] -
5
Peranan [sunting | sunting sumber]-
5.1
Sarana komunikasi [sunting | sunting sumber] -
5.2
Meningkatkan proses berpikir bakir [sunting | sunting sumber] -
5.3
Meningkatkan keterampilan berbahasa [sunting | sunting sendang] -
5.4
[sunting | sunting sumber]
-
5.1
-
6
Membaca puisi [sunting | sunting perigi] -
7
Lihat pula [sunting | sunting sumber] -
8
Wacana [sunting | sunting sumber] -
9
Daftar pustaka [sunting | sunting sumber]-
9.1
Bagaimana Pemilihan Prolog Kerumahtanggaan Membuat Sajak
-
9.1
Dasar-bawah membaca syair
[sunting
|
sunting sumber]
Dalam pembacaan puisi terdapat asal-dasar berharga yang mencakup olah vokal, olah musikal, olah kehidupan, olah mimik, olah gerak dan wawasan literer. Jika asal-dasar tersebut telah dikuasai persiapan selanjutnya akan sampai puas proses pembacaan. Detik membaca syair perlu memperhatikan tahap-tahap ialah membaca dalam lever nan bertujuan agar syair tersebut terapresiasi secara penuh, membaca nyaring dengan mengamati daya vokal, tempo, timbre, interpolasi, rima, irama dan diksi, mengaji paham dan membaca puitis.[3]
Gerak
Gerak n domestik pembacaan puisi membentangi ekspresi dan mimik, gestur, dan pantomimik. Ekspresi yakni pernyataan pikiran hasil penjiwaan puisi sedangkan mimik ialah gerak air muka. Gestur merupakan gerak tangan dan suku detik mendaras puisi yang disesuaikan dengan isi tembang. Padahal, pantomimik merupakan perpaduan ekspresi gerak – gerik tampang dan gerak – gerik tubuh.
Vokal
Vokal maupun suara dalam pembacaan puisi dibagi menjadi tiga yaitu pelafalan, intonasi, tempo, power serta volume suara.
- Artikulasi ialah ketelitian dalam melafalkan kata-kata. Kejelasan pelisanan dalam membaca syair habis dibutuhkan kerumahtanggaan pengujaran bunyi abc vokal dan konsonan.
- Intonasi adalah merupakan tangga rendahnya suatu nada pada kalimat yang memberikan penekanan dalam kata-perkenalan awal tertentu di suatu kalimat. Dalam sebuah tembang, suka-suka empat jenis intonasi antara lain perumpamaan berikut:
- Tekanan dinamik yaitu tekanan pada prolog-kata yang dianggap terdepan.
- Tekanan nada yaitu impitan hierarki rendahnya suara miring. Misalnya suara tangga menggambarkan keriangan, marah, takjub, dan sebagainya. Suara rendah kuak patos, pasrah, ragu, terbang arwah, dan sebagainya.
- Tekanan tempo yakni cepat lambat penuturan tungkai kata maupun kata.
- Modulasi menghampari perubahan obstulen suara misalnya suara menjerit karena marah serta kritik mendesah karena lelah. Ketepatan intonasi ataupun irama ini bergantung kepada ketepatan penafsiran atas puisi yang dibacakan.
3. Karakter kritik ialah ciri khas suara yang dimiliki makanya pembaca puisi. Koteng mendaras puisi harus mampu memainkan fiil suaranya sesuai dengan kutipan puisi yang dibacanya. Apabila dalam syair diceritakan adapun pendirian seorang amoi saya harus mampu mengubah suaranya seperti koteng dara.
4. Tempo yaitu ukuran cepat lambatnya pembacaan dari suatu kata atau kalimat internal puisi.
5. Power atau kekuatan celaan adalah putaran yang amat utama bikin diperhatikan saat membaca puisi. suara sendiri pembaca syair harus mampu menguasai suara miring penonton maupun pendengarnya. Seorang pembaca puisi dituntut cak bagi memiliki vokal yang keras agar suaranya dapat terdengar oleh penonton.
Elemen-partikel tembang
[sunting
|
sunting sumber]
Unsur-elemen tembang meliputi struktur fisik dan struktur batin puisi.
Struktur awak puisi
[sunting
|
sunting sumber]
Struktur fisik sajak terdiri dari:
- Perwajahan puisi (tipografi), yaitu susuk sajak sebagaimana halaman nan lain dipenuhi pembukaan-perkenalan awal, selokan kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris sajak yang tidak selalu dimulai dengan leter kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Peristiwa-hal tersebut terlampau menentukan pemaknaan terhadap syair.
- Diksi, ialah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena tembang adalah kerangka karya sastra yang kurang kata-perkenalan awal dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat boleh jadi. Pemilihan pembukaan-alas kata dalam sajak erat kaitannya dengan makna, keharmonisan bunyi, dan sekaan alas kata.
- Imaji, yaitu kata ataupun perkariban kata-pembukaan nan dapat mengungkapkan camar duka indrawi, seperti rukyah, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara minor (auditif), imaji penglihatan (okuler), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji bisa mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair. Pengimajinasian privat puisi berguna bagi memberi cerminan yang jelas menimbulkan suasana khusus takhlik hidup gambaran dalam pikiran dan pengindraan serta lakukan menyedot pikiran dan memberikan kesan mental ataupun bayangan visual penyair menggunakan gambaran-gambaran angan.
- Kata konkret, merupakan kata yang dapat ditangkap dengan hidung nan memungkinkan munculnya imaji. Kata-pembukaan ini berbimbing dengan kiasan atau lambang. Misalnya alas kata konkret “salju” merepresentasi kebekuan cangap, pil hidup, dan tidak-lain. Sedangkan alas kata konkret “paya-rawa” dapat melambangkan tempat cemar, tempat jiwa, bumi, jiwa, dan lain-lain. Kata konkret merupakan syarat terjadinya pengimajian atau visualisasi.
- Mode bahasa, yaitu pemanfaatan bahasa yang boleh menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa konotatif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya menyiarkan banyak makna alias kaya akan makna. Mode bahasa disebut juga majas. Adapun neko-neko majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, kemubaziran, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, karikatur, pars pro toto, totem pro parte, dan paradoks.
- Rima atau Musik adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, perdua, dan akhir baris tembang. Rima mencaplok:
- Onomatope (sintetis terhadap bunyi, misal /ng/ nan memberikan efek magis puas syair Sutadji C.B.)
- Rancangan intern teoretis bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan penghabisan, persamaan awal, sajak berselang, syair berparuh, sajak penuh, perulangan bunyi [introduksi], dan sebagainya
- Tubian pengenalan/ungkapan. Ritma adalah tahapan rendah, hierarki pendek, gigih lemahnya bunyi. Rima dulu menonjol dalam pembacaan puisi.
- Tipografi merupakan teknik penulisan internal puisi. Tipografi adalah pengimbang nan secepat-cepatnya yang dapat dilihat n domestik membedakan puisi dengan prosa fiksi ataupun sandiwara tradisional. Baris-lajur dalam puisi menciptakan menjadikan sebuah periodisitas nan disebut bait. Tipografi merupakan aspek rangka visual nan positif tata hubungan, rangkaian baris dan cukilan bentuk yang dipergunakan kerjakan mendapatkan kesan menarik agar indah dipandang. Harapan tipografi dalam puisi yakni bagi kegagahan indrawi dan kerjakan mendukung pengedepanan makna rasa dan suasana puisi.[4]
Struktur batin tembang
[sunting
|
sunting sumber]
Struktur batin puisi terdiri terbit:
- Tema/makna (sense) ialah buku persoalan nan disampaikan pengarang dalam puisinya. Tema sebuah puisi dapat disampaikan secara langsung maupun tak langsung (makna sajak dapat ditemukan setelah membacadan menafsirkannya). Sarana puisi ialah bahasa. Tataran bahasa merupakan hubungan nama dengan makna, maka puisi harus berguna, baik makna tiap prolog, ririt, bait, maupun makna keseluruhan.
- Rasa (feeling), ialah sikap penyair terhadap anak kunci permasalahan yang terletak dalam puisinya. Penguakan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar pantat sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, papan bawah sosial, kedudukan internal masyarakat, hayat, pengalaman sosiologis dan serebral, dan mualamat. Kedalaman penguakan tema dan kecermatan dalam menyikapi suatu kelainan tak bergantung lega kemampuan penyair memintal pengenalan-kata, rima, gaya bahasa, dan rajah puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, embaran, camar duka, dan kepribadian nan terdidik oleh permukaan belakang sosiologis dan psikologisnya.
- Nada (tone), adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair bisa menampilkan tema dengan nada menggurui, mendikte, berkreasi sebagai halnya pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah sedemikian itu saja kepada pembaca, dengan nada muluk, menganggap bodoh dan terbatas pembaca, dan lain-enggak.
- Publikasi/tujuan/maksud (intention), yaitu pesan nan ingin disampaikan penyair kepada pembaca.
Variasi-diversifikasi tembang
[sunting
|
sunting sumber]
Berdasarkan periodisasinya
[sunting
|
sunting sumber]
Puisi lama
[sunting
|
sunting sumber]
Puisi lama adalah sajak yang penulisannya masih terikat makanya regulasi tertentu. Aturan di dalam pantun berkaitan dengan total kata atau kaki pengenalan dalam tiap leret, kuantitas baris nan terdapat dalam tiap stanza, serta rima, dan musik.[5]
Puisi lama umumnya ialah puisi rakyat nan etiket penulisnya inkognito. Penulisan tembang lama masih mengimak aturan-aturan yang jelas dan tak dapat diubah. Rasam ini bersambung dengan penentuan jumlah suku kata privat tiap baris, jumlah jejer sreg tiap bait, dan pemakaian sajak. Tembang lama yaitu salh satu keberagaman sastra lisan nan disampaikan secara turun-temurun. Gaya bahasa lega puisi lama menggunakan majas dan sifatnya patuh serta klise. Peranakan isi dalam puisi lama menceritakan mengenai sejarah kekaisaran, kemegahan istana dan kehidupan di dalamnya, serta kejadian-kejadian ajaib.[6]
Keberagaman syair lama ialah mantra, pantun, karmina, seloka, gurindam, puisi dan talibun.[7]
Ilmu
[sunting
|
sunting sumber]
Penulisan aji-aji berbentuk stanza dengan keberadaan rima nan tidak menentu. Mantra lebih mengutamakan irama dibandingkan rima. Bahasa yang digunakan di dalam mantra dianggap memiliki kekuatan sihir. Mantra hanya boleh diucapkan atau dibacakan oleh pawang atau medikus. Eksploitasi utama dari mantra ialah lakukan mencegah terjadinya batu. Penggunaan mantra ialah bagian berpunca budaya Indonesia. Dalam masyarakat Melayu, mantra digunakan untuk keperluan rasam dan ajun mistis dan jarang digunakan bak karya sastra.[8]
Kamil:
- Assalamu’alaikum gadis satulung besar
- Yang beralun berilir simayang
- Yuk kerdil, kemari
- Aku menyanggul rambutmu
- Aku mengangkut sadap saing
- Akan membasuh mukamu
Pantun
[sunting
|
sunting sumber]
Pantun adalah puisi lama yang tiap baitnya terdiri atas empat ririt. Setiap barisnya terdiri atas 8–12 suku prolog. Bari di privat pantun terbagi menjadi ampaian dan isi. Sampiran berada di baris permulaan dan ririt kedua, padahal isi berkecukupan di baris ketiga dan baris keempat. Paradigma sajak sreg pantun ialah a-b-a-b. Pantun memperhatikan penggunaan rima. Kalimat purwa dan kalimat ketiga mempunyai obstulen penghabisan yang sekelas. Kalimat kedua dan keempat juga memiliki bunyi penutup nan setolok.[9]
Abstrak kelong wejangan:
- Kalau ada jarum patah
- Jangan dimasukkan ke dalam peti
- Kalau ada kataku yang keseleo
- Jangan dimasukkan ke dalam hati
Karmina
[sunting
|
sunting sumber]
Karmina merupakan tembang lama yang tiap baitnya terdiri mulai sejak 2 baris. Banjar pertama merupakan penyida, sedangkan baris kedua yakni isi. Karmina menggunakan syair a–a dan tiap barisnya terdiri berpokok 8–12 kaki kata.[10]
Arketipe:
- Dahulu parang saat ini metal (a)
- Dahulu sayang sekarang benci (a)
Seloka
[sunting
|
sunting sumber]
Seloka adalah kelong yang mempunyai beberapa stanza saling berbaris-baris. Nama tak dari seloka merupakan pantun berkait atau pantun berantai. Deret pertama dan ketiga pada bait kedua menggunakan isi yang sebagaimana larik kedua dan keempat dari bait pertama. Abstrak ini digunakan secara terus-menerus lega kuplet berikutnya.[11]
Kata “seloka” merupakan pengenalan serapan dari bahasa Sanskerta, yaitu
sloka. Seloka merupakan salah satu jenis puisi Melayu klasik nan berisikan pepatah maupun laksana. Pesan yang disampaikan di internal seloka dapat nyata candaan, pelesetan ataupun olok-olokan. Seloka umumnya ditulis privat bentuk pantun atau syair dengan empat baris. Selain itu, ada juga seloka yang ditulis lebih berpunca empat lajur.[12]
Contoh:
- Lurus jalan ke Payakumbuh,
- Kayu jati bertimbal jalan.
- Di mana hati tidak centung rusuh,
- Ibu sunyi kiai berjalan.
Gurindam
[sunting
|
sunting sumber]
Gurindam ialah riuk satu diversifikasi sajak yang memadukan antara sajak dan perbahasaan. Total deret pada gurindam hanya dua dengan rima a-a. Gurindam berilmu ajaran yang berkaitan dengan karakter pekerti dan nasihat keagamaan. Baris pada gurindam disebut sebagai syarat dan akibat. Syarat ialah baris purwa dan akibat perumpamaan baris kedua.[13]
Baris purwa ceratai tentang persoalan, keburukan atau perjanjian, sedangkan baris kedua memberitahukan jawaban atau penyelesaian dari bahasan pada baris permulaan.[14]
Contoh:
- Kurang pikir kurang buku (a)
- Tentu dirimu akan tersesat (a)
- Dagangan kelihatannya tinggalkan berdoa (b)
- Bagai kondominium tiada bertiang (b)
- Jika suami tiada berhati lurus (c)
- Istri pun nanti menjadi ceking (c)
Syair
[sunting
|
sunting sendang]
Syair merupakan keseleo suatu jenis puisi lama yang berasal dari Arab. Penulisan syair mengutamakan pemakaian nada dan kisah. Tiap kuplet puas syair terdiri atas empat baris. Setiap jajar memiliki jumlah suku alas kata antara 8-12 tungkai kata.[14]
Teladan:
- Pada zaman dahulu kala (a)
- Tersebutlah sebuah kisahan (a)
- Sebuah distrik nan lega hati sentosa (a)
- Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Talibun
[sunting
|
sunting sumber]
Talibun yakni pantun yang memiliki susunan genap antara heksa- sebatas sepuluh lajur. Pada talibun, tiap bait dibagi menjadi sampiran dan isi. Pembagian deret gantungan dan baris isi ditentukan maka itu jumlah jajar keseluruhan yang kemudian dibagi menjadi dua.[11]
Talibun umumnya digunakan privat program berbalas pantun sebagai pengganti pantun empat larik seuntai. Penggunaan talibun di dalam programa berbalas pantun memudahkan pembeberan gagasan internal susuk dialog.[15]
Abstrak:
- Kalau anak pergi ke pekan
- Yu beli belanak pun beli sampiran
- Ikan strata beli lampau
- Kalau anak menyingkir berjalan
- Ibu cari sanak kembali cari isi
- Indung semang cari tinggal
Rubaiat
[sunting
|
sunting perigi]
Rubaiat adalah puisi lama dari Arab yang berbentuk pantun. Tiap bait berbunga rubaiat tersusun atas catur lajur. Sajak yang digunakan berpola a-b-a-b. Wanti-wanti yang disampaikan di n domestik rubaiat berbentuk epigram.[10]
Gaza
[sunting
|
sunting perigi]
Gaza yaitu pantun nan terbit berbunga Persia. Tiap bait lega gaza terdiri okta- baris. Tiap baris diakhiri dengan prolog nan setara. Gaza membualkan kisah asmara atau cinta karunia.[16]
Kit’ah
[sunting
|
sunting sumur]
Kit’ah merupakan kelong yang berasal dari Arab. Isi kit’ah yakni petuah-nasihat. Maksud berasal kasih nasihat adalah bagaikan kerangka pendidikan.[16]
Masnawi
[sunting
|
sunting sendang]
Masnawi merupakan pantun yang berasal dari Persia. Musik yang digunakan ialah akhiran kata nan sama tiap dua deret. Masnawi digdaya pujian terhadap kemuliaan tingkah laku seseorang.[17]
Nazam
[sunting
|
sunting sumber]
Nazam merupakan syair lama yang berasal bersumber Arab. Penulisan nazam sekadar 12 baris. Nazam memberikan cerita yang berkaitan dengan sukma para penghuni istana, yaitu kaisar atau sultan, bangsawan, dan budak.[17]
Sarung jari
[sunting
|
sunting sumber]
Tudung jari termasuk dalam tipe kelong yang beberapa isi barisnya dirangkap lakukan mengklarifikasi pemerian. Setiap rangkap bisa menguraikan keseluruhan kisahan tanpa terbiasa mengarifi baris rangkap lainnya. Bidal berbentuk kalimat singkat nan mengandung kiasan atau perwakilan dari situasi nyata. Tujuan penggunaan kiasan internal dedal adalah bagaikan kerangka penentangan maupun penyindiran. Pesan utama dalam dedal adalah ular-ular, peringatan, atau karikatur, dan sebagainya. Pengungkapan perhatian dan perhatian dilakukan melintasi pengibaratan dan perbandingan.[18]
Sajak baru
[sunting
|
sunting sumber]
Puisi baru adalah puisi yang tidak memiliki aturan-aturan tertentu dalam penulisannya. Kebebasan penulisan dalam puisi baru menutupi jumlah baris, suku kata, alias rima.[6]
Penulis dari tembang baru tidak anonim. Perkembangan puisi baru terjadi secara oral alias gubahan. Puisi baru menggunakan majas yang berubah-tukar. Wanti-wanti yang disampaikan di n domestik puisi baru biasanya tentang sukma. Penulisan puisi baru lebih rapi dan simetris serta banyak menggunakan sajak pantun dan syair. Tiap barisnya memiliki kesatuan sintaksi dengan rima pengunci yang teratur.[19]
Balada
[sunting
|
sunting sumber]
Balada adalah syair berisi kisah/kisahan. Balada jenis ini terdiri berpokok 3 (tiga) bait, sendirisendiri dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Leret terakhir dalam kuplet pertama digunakan sebagai refren dalam bait-kuplet berikutnya. Contoh: Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”.
Himne
[sunting
|
sunting sumber]
Himne merupakan puisi pujaan lakukan Tuhan, lahan air, atau pahlawan. Ciri-cirinya yaitu lagu pujian bakal meluhurkan seorang batara, Yang mahakuasa, seorang pahlawan, lahan air, atau almamater (Pemandu di Mayapada Sastra). Sekarang ini, konotasi himne menjadi berkembang. Himne diartikan seumpama sajak yang dinyanyikan, digdaya pujian terhadap sesuatu nan dihormati (temperatur, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan. Contoh:
- Malah batu-rayuan yang berkanjang dan tunawicara
- Mengagungkan namaMu dengan cara sendiri
- Menggeliat derita pada lekuk dan liku
- bawah sayatan khianat dan dusta.
- Dengan hikmat gelojoh kupandang patungMu
- melimpahi darah berasal tangan dan kaki
- dari mahkota duri dan membulan paku
- Yang dikarati oleh dosa manusia.
- Tanpa luka-luka yang dempak melangah
- dunia kehilangan sumber kasih
- Besarlah mereka yang dalam nestapa
- mengenalMu tersalib di relung hati.
- (Saini S.K)
Ode
[sunting
|
sunting sumber]
Ode adalah sajak lirik untuk menyatakan pujian terhadap seseorang, benda, peristiwa nan dimuliakan, dan sebagainya.[20]
Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya diskriminatif), bernada anggun, membahas sesuatu nan sani, bersifat mengumpak baik terhadap pribadi tertentu atau situasi umum. Sempurna:
- Generasi Saat ini
- Di atas puncak jabal fantasi
- Tegak aku, dan dari sana
- Mandang ke bawah, ke kancah berjuang
- Generasi sekarang di panjang masa
- Menciptakan gemilap bau kencur
- Pantun keindahan Indonesia
- Yang jadi kenang-kenangan
- Plong zaman dalam manjapada
- (Asmara Hadi)
Epigram
[sunting
|
sunting sumber]
Epigram adalah syair nan berisi les/ajaran hidup. Epigram mulai sejak berasal Bahasa Yunani
epigramma
nan bermanfaat unsur pencekokan pendoktrinan; didaktik; nasihat membawa ke arah validitas bakal dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan. Contoh:
- Hari ini lain ada tempat remang
- Sikap lamban berarti mati
- Bisa jadi yang mengalir, merekalah yang di depan
- Yang menunggu sekelebat sekalipun pasti tergilas.
- (Bintang)
Romansa
[sunting
|
sunting sumber]
Romansa ialah puisi yang ampuh luapan manah sering kasih. Bersumber dari bahasa Prancis
Romantique
yang berarti keindahan perasaan; persoalan karunia sayang, kangen kejijikan, serta kasih mesra
Elegi
[sunting
|
sunting sendang]
Elegi adalah tembang yang berisi ratap tangis/kesedihan. Sakti syair alias lagu nan menyibakkan rasa gundah atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang. Teladan:
- Sore di Pelabuhan Mungil
- Ini mungkin tidak suka-suka nan mencari cinta
- di antara gudang, rumah tua lontok, pada kisah
- tiang serta temali. Kapal, kano tiada berlaut
- menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
- Gerimis mendahulukan suram. Suka-suka juga kelepak elang
- menyinggung muram, desir perian lari berenang
- menemu belai dasar akanan. Lain bergerak
- dan saat ini petak dan air tidur hilang ombak.
- Tiada sekali lagi. Aku seorang. Berjalan
- menyisir semenanjung, masih pengap harap
- sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
- berpunca tepi laut keempat, isak penghabisan bisa terkancah
- (Chairil Anwar)
Satire
[sunting
|
sunting sumber]
Satire adalah puisi yang sakti pelesetan/suara miring. Bermula berasal bahasa Latin
Satura
yang penting parodi; kecaman radikal terhadap sesuatu fenomena; tidak puas lever satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-kantung, rasuah, zalim, dsb.). Contoh:
- Aku bertanya
- hanya pertanyaan-pertanyaanku
- mengantuk jidat penyair-penyair salon,
- nan bersajak tentang anggur dan wulan,
- tentatif ketidakadilan terjadi
- di sampingnya,
- dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
- termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
- (WS Rendra)
Berdasarakan bentuknya
[sunting
|
sunting sumur]
Distikon
[sunting
|
sunting sumur]
Distikon, ialah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua serenceng). Contoh:
- Berkali kita gagal
- Ulangi pula dan cari akal
- Berkali-kali kita jatuh
- Juga merembas jangan menyambung
- (Or. Mandank)
Terzina
[sunting
|
sunting sumber]
Terzina, tembang yang tiap baitnya terdiri atas tiga deret (syair tiga sejaras). Contoh:
- Dalam ribaan bahagia datang
- Tersenyum bagai emas
- Mengharum bagai cendana
- Dalam bah’gia cinta berangkat berleleran
- Menyinar bagai matahari
- Mewarna bagaikan sari
- (Sanusi Pane)
Kuatren
[sunting
|
sunting sumur]
Kuatren, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat ririt (puisi empat seuntai). Teladan:
- Mendatang-datang jua
- Kenangan zaman dulu
- Menghilang unjuk jua
- Yang dulu sinau terhibur
- Membayang rupa jua
- Adi kanda lama dulu
- Membuat hati jua
- Layu lipu rindu-sendu
- (A.M. Daeng Myala)
Kuint
[sunting
|
sunting perigi]
Kuint, merupakan sajak yang tiap baitnya terdiri atas panca baris (puisi lima sekuplet).
- Tetapi Kepada Pemilik
- Satu per perasaan
- Saja boleh saya katakan
- Kepada tuan
- Yang pernah merasakan
- Satu-suatu keresahan
- Yang saya serahkan
- Belaka dapat saya kisahkan
- Kepada tuan
- Yang pernah diresah gelisahkan
- Satu-satu kenyataan
- Yang bisa dirasakan
- Sekadar dapat saya nyatakan
- Kepada pemilik
- Yang kelesa mengakuri kenyataan
- (Or. Mandank)
Sajak enam seuntai
[sunting
|
sunting sumber]
Sekstet, adalah syair yang tiap baitnya terdiri atas heksa- deret (puisi enam sebait). Hipotetis:
- Merindu Bagia
- Jika perian’lah paruh lilin batik
- Angin nangkring dari bernapas
- Sukma jiwaku rasa tenggelam
- Dalam laut tidak terwatas
- Menangis hati diiris sedih
- (Ipih)
Septima
[sunting
|
sunting sumur]
Septima, adalah tembang yang tiap baitnya terdiri atas sapta baris (tujuh seuntai). Pola:
- Indonesia Tumpah Darahku
- Duduk di pantai persil yang permai
- Palagan gelombang mulai sejak berderai
- Berbuih putih di pasir terderai
- Tampaklah pulau di lautan hijau
- Gunung gemunung bagus rupanya
- Ditimpah air mulia tampaknya
- Mencurah darahku Indonesia namanya
- (jawir)
Oktaf atau Stanza
[sunting
|
sunting sumur]
Oktaf/Stanza, yaitu puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan ririt (double kutrain atau puisi okta- seuntai). Hipotetis:
- Mega
- Awan datang melayang perlahan
- Sirih berhalusinasi, serasa racun tikus
- Bertambah lama, lupa di diri
- Bertambah halus akhirnya kirana
- Dan tulangtulangan menjadi hilang
- Dalam langit spektakuler gemilang
- Demikian jiwaku lenyap sekarang
- Kerumahtanggaan kehidupan teguh hening
- (Sanusi Pane)
Soneta
[sunting
|
sunting mata air]
Soneta, adalah puisi nan terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama tiap-tiap empat deret dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta pecah dari pengenalan
sonneto
(Bahasa Italia) pergantian dari pengenalan
sono
yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi nan bertutur. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap ibarat ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk sreg syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, sekadar lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi ataupun rimanya. Yang menjadi jalan hidup merupakan jumlah barisnya (empat belas baris). Abstrak:
- Gembala
- Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
- Melihat momongan berelagu dendang ( b )
- Seorang saja di tengah padang ( b )
- Tiada berbaju buka kepala ( a )
- Beginilah nasib anak gembala ( a )
- Berlindung di bawah kayu nan rindang ( b )
- Semenjak pagi pergi kandang ( b )
- Pulang ke rumah di senja kala ( a )
- Jauh adv minim sesayup sebatas ( a )
- Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
- Melagukan alam nan molek permai ( a )
- Aduhai mengangon di ki akbar hijau ( c )
- Mendengarkan puputmu menurutkan munding ( c )
- Maulah aku menurutkan dikau ( c )
- (Muhammad Yamin)
Syair mutakhir
[sunting
|
sunting sumur]
Kata
kontemporer
secara umum bermakna mutakhir sesuai dengan perkembangan zaman atau rajin menyetarafkan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan pun bak puisi yang lahir dalam kurun hari keladak. Syair mutakhir berusaha lari dari ikatan baku puisi itu seorang. Syair kontemporer comar bisa jadi memakai kata-prolog yang kurang mencacat santun bahasa, memakai kata-introduksi yang makin kasar, olok-olokan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik alias lambang rasa hati, mode bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu berjasa lagi.
Otak-tokoh syair mutakhir di Indonesia momen ini, yakni sebagai berikut:
- Sutardji Calzoum Bachri dengan tiga kompilasi puisinya
O,
Amuk, dan
O Amuk Pisau caluk - Ibrahim Sattah dengan antologi puisinya
Hai Ti - Hamid Jabbar dengan kumpulan puisinya
Wajah Kita
Puisi mantra
[sunting
|
sunting sumber]
Syair ilmu adalah puisi yang menjumut resan-rasam mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah orang nan permulaan memperkenalkan syair hobatan dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri ilmu ialah:
- Guna-guna bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu nan disajikan bikin menimbulkan akibat tertentu
- Mantra berfungsi bak penghubung manusia dengan manjapada misteri
- Mantra mengutamakan efek maupun akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada perintah.
Acuan:
- Shang Hai
- ping di atas pong
- pong di atas ping
- ping ping sejumlah pong
- pong pong bilang ping
- mau pong? bilang ping
- kepingin mau bilang pong
- ingin ping? bilang pong
- cak hendak mau bilang ping
- ya pong ya ping
- ya ping ya pong
- tak ya pong tak ya ping
- ya tak ping ya tidak pong
- sembilu jarakMu merancap nyaring
- (Sutardji Calzoum Bachri kerumahtanggaan
O Amuk Kapak, 1981)
Puisi mbeling
[sunting
|
sunting sumber]
Puisi mbeling adalah bentuk tembang yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud yakni ketentuan-predestinasi yang umum berlaku dalam puisi. Sajak ini unjuk pertama kelihatannya dalam majalah
Aktuil
yang menyediakan lungsin khusus bakal menimbuk sajak, dan maka dari itu pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi tanda “Puisi Mbeling”. Tembang mbeling adalah bagian dari gerakan mbeling nan dicetuskan maka itu Remy silado, suatu gerakan yang ditujukan lakukan mendobrak sikap rezim orde baru yang dianggap feodal dan bermuka dua. Privat bahasa Jawa mbeling berjasa nakal atau memberontak terhadap kemapanan dengan kaidah cara nan menarik perasaan.[21]
Pembukaan-kata dalam puisi mbeling bukan perlu dipilih-pilih lagi. Dasar sajak mbeling adalah berlaku. Sajak mbeling berciri mengutamakan partikel canda; pengarang memanfaatkan semua molekul puisi berupa obstulen, rima, irama, saringan kata dan tipografi cak bagi mencapai efek kelakar minus terserah maksud enggak yang disembunyikan (tersirat).
Arketipe:
- Sajak Sikat Transmisi
- Seseorang lupa menggosok giginya sebelum tidur
- Di n domestik tidur ia berkhayal
- Ada sikat gigi menggosok-gosok mulutnya biar terbabang
- Momen engkau bangun pagi hari
- Sikat giginya lewat sepenggal
- Secebir yang hilang itu agaknya
- Tersesat di n domestik mimpinya dan tak bisa kembali
- Dan ia berpendapat bahwa, kejadian itu sesak sesak-lebihan
- (Yudhistira Ardi Nugraha dalam
Puisi Sikat Persneling, 1974)
Selain itu, puisi mbeling juga menganjurkan suara minor sosial terutama terhadap sistem perekonomian dan pemerintahan, dan menyampaikan ajukan kepada para penyair yang bergaya sungguh-sungguh terhadap puisi. Dalam hal ini, Taufik Ismail menyapa sajak mbeling dengan puisi yang mencacat sajak.
Tembang konkret
[sunting
|
sunting sumber]
Syair konkret ialah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa manajemen roman hingga menyerupai gambar tertentu. Tembang sama dengan ini tidak sepenuhnya memperalat bahasa sebagai sarana. Di dalam puisi positif pada lazimnya terdapat lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyairnya. Contoh:
- Doktorandus Tikus I
- selusin toga
- berpenyakitan
- nga
- nga
- seratus tikus berkampus
- diatasnya
- dosen dijerat
- profesor diracun
- kucing
- kawin
- dan bunting
- dengan predikat
- sangat memuaskan
- (F.Rahardi dalam
Soempah WTS, 1983)
Penyusunan puisi kontemporer andai puisi inkonvensional ternyata pula wajib memetiakan beberapa unsur sebagai berikut:
- Unsur bunyi; meliputi penempatan paralelisme bunyi (rima) pada tempat-panggung tertentu cak bagi menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau pengulangan-pengulangannya.
- Tipografi; menghampari penyusunan jajar-jejer syair ampuh kata atau suku kata nan disusun sesuai dengan gambar (cermin) tertentu.
- Enjambemen; menutupi pemancungan atau perpindahan ririt sajak bagi menuju baris berikutnya.
- Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap pengutaraan tembang yang pekat dan penuh meditasi (spekulatif)
Bersendikan aspek ungkapannya
[sunting
|
sunting mata air]
Syair lirik
[sunting
|
sunting sumber]
Puisi lirik banyak menggunakan lirik nan membuka perasaan nan dialami penulisnya. Penngungkapan suasana makin utama dibandingkan tema, Makna puisi dipahami dengan mengamati suasana batin penulisnya. Penyajian wanti-wanti-pesan moral tidak menjadi intensi utama dalam sajak lirik.[22]
Puisi epik
[sunting
|
sunting sendang]
Puisi epik menggunakan kisah privat menyorongkan pesan. Kecenderungan penulisannya berbentuk prosa dengan ki ajek menunggangi unsur-anasir puisi. Epik sekali lagi disebut sebagai sajak naratif. Isi syair wiracerita mengobrolkan petualangan atau pelawatan koteng pahlawan atau inisiator. Penjelajahan yang ditempuh tokoh belalah disertai dengan plural ragam luhur yang dilakukannya.[23]
Tembang santai
[sunting
|
sunting sendang]
Syair santai merupakan puisi yang tidak terlalu ambisius untuk menjadi sajak. Ia lahir dari pengalaman sehari-hari yang tidak dapat diremehkan. Ia bukan bersaing dengan puisi kontemporer yang masih mengandung atom dialog keras dengan para pendahulunya, seperti kelahiran sekali lagi guna-guna sreg sajak Sutardji Calzoum Bachri. Puisi-sajak leha-leha ini belum banyak dibuat makara resep, saja kemunculannya bisa dipandang bak gejala yang disebabkan oleh budaya hijau masyarakat digital. Melalui facebook atau grup seperti instagram, para penyair ini mencanai keadaan sehari-hari dalam sajian bahasa puitis. Mereka nonblok mengidas gaya: aji-aji, puisi lama, lirik, dramatik, kelucuan, dll. Untuk menyapa puisinya itu sekadar urusan yang tidak harus ambisius bak sastra, Arip Senjaya andai bak menerbitkan gerendel kumpulan puisi
Sama dengan Bukan Bosor makan
yang mengindikasikan lahirnya corak mentah puisi Indonesia ini. Syair tersebut ceratai apa saja nan dialuinya setiap musim. Alih-alih menjadi puisi literer, puisi-syair dalam gerendel tersebut malah membangun kesan melemah dan bergarah. Namun pengamat sastra Indonesia asal Jerman Berthold Damshäuser memandang puisi-puisi santai Arip Senjaya itu tak bisa diremehkan dan penting bagi jalan alternatif sajak Indonesia khususnya.
[butuh rujukan]
Peranan
[sunting
|
sunting sumber]
Wahana komunikasi
[sunting
|
sunting sumber]
Puisi merupakan salah suatu media komunikasi karena memiliki pengirim pesan, medium, dan penerima pesan. Pesan faktual camar duka yang hendak disampaikan oleh penyair bak pengirim pesan. Medium yang digunakan adalah bahasa dan penerimanya ialah pembaca. Komunikasi di dalam tembang enggak tetapi aktual data objektif, tetapi kembali data subjektif. Data ini berupa sikap, perasaan, dan imajinasi mulai sejak pensyarah.[24]
Meningkatkan proses berpikir dalam-dalam kreatif
[sunting
|
sunting sumber]
Tembang tidak doang menampilkan pikiran penulisnya, tetapi juga bak dagangan berpokok proses penciptaan yang berlimpah. Penemuan puisi mengikutsertakan strategi, analisis, seleksi, dan sintesis. Kegiatan berpikir kreatif ini dilakukan melalui pemilihan kata dan peringkasan bahasa. Kata-alas kata di dalam tembang dipilih secara hati-hati sehingga dibaca dengan makna yang indah serta menyampaikan pesan dari penyair secara tepat dan mewakili banyak denotasi. Selain itu, pola bunyi pada puisi kembali memiliki keindahan yang disesuaikan dengan selera penulisnya.[25]
Meningkatkan kesigapan berbahasa
[sunting
|
sunting sumber]
Sajak dapat digunakan untuk pembelajaran sastra nan boleh meningkatkan ketangkasan berbahasa. Ketangkasan membaca, menyimak, berfirman, dan menulis boleh dilakukan melalui syair. Keterampilan mengaji dilakukan dengan pembacaan puisi. Kecekatan menyimak dapat dilatih dengan cara mendengarkan syair yang dibacakan melewati rekaman. Sementara itu, keterampilan bersuara boleh terlatih dengan masuk serta dalam bermain drama. Sedangkan, keterampilan batik dilatih dengan kegiatan sumbang saran sastra yang kesannya bisa dituliskan dalam rajah esai alias puisi.[26]
[sunting
|
sunting mata air]
Sajak dalam pembelajaran sastra memiliki nilai guna apabila dapat menerimakan hiburan dan khasiat. Manfaat puisi dalam pembelajaran sastra ialah hidayah nilai-nilia nan berkaitan dengan tujuan semangat manusia. Selain itu, kebermanfaatan puisi juga diperoleh dari segi masukan pengetahuan dari berbagai macam teori hasil pengembangan dalam pengkhususan jenis sastra.[27]
Membaca syair
[sunting
|
sunting perigi]
Berikut bilang hal yang perlu diperhatikan dalam membaca puisi.
- Rima dan irama
- Penyebutan
- Ekspresi mimik wajah
- Pernafasan
- Vokal
- Intonasi[28]
Tatap pula
[sunting
|
sunting sumber]
- Geguritan
- Hari Puisi Marcapada
Teks
[sunting
|
sunting sumber]
-
^
“Arti alas kata puisi – Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online”.
kbbi.kemdikbud.go.id
. Diakses tanggal
2022-02-22
.
-
^
Mahliatussikah 2015, hlm. 11. -
^
Emzir; Rohman, Syaifur; Wicaksono, Andri.
Tentang Sastra: Orkestrasi Teori dan Pembelajarannya. Sleman: Garudhawaca. hlm. 239–241. ISBN 978-602-6581-36-5.
-
^
Emzir; Rohman, Syaifur; Wicaksono, Andri.
Akan halnya Sastra: Orkestrasi Teori dan Pembelajarannya. Sleman: Garudhawaca. hlm. 232. ISBN 978-602-6581-36-5.
-
^
Ahyar 2022, hlm. 35. -
^
a
b
Ahyar 2022, hlm. 36. -
^
Ahyar 2022, hlm. 35-36. -
^
Sumaryanto 2010, hlm. 9-10. -
^
Kosasih 2008, hlm. 9. -
^
a
b
Sumaryanto 2010, hlm. 15. -
^
a
b
Kosasih 2008, hlm. 11. -
^
Sumaryanto 2010, hlm. 13. -
^
Kosasih 2008, hlm. 13. -
^
a
b
Sumaryanto 2010, hlm. 11. -
^
Sumaryanto 2010, hlm. 36. -
^
a
b
Sumaryanto 2010, hlm. 16. -
^
a
b
Sumaryanto 2010, hlm. 17. -
^
Sumaryanto 2010, hlm. 18. -
^
Ahyar 2022, hlm. 37-38. -
^
“Keefektifan kata ode – Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online”.
kbbi.kemdikbud.go.id
. Diakses tanggal
2022-02-22
.
-
^
Remy., Sylado, (2004).
Puisi mbeling
(edisi ke-Cet. 1). Jakarta: Kepustakaan Tersohor Gramedia. ISBN 9799100127. OCLC 58535904.
-
^
Nuryatin dan Irawati 2016, hlm. 36. -
^
Nuryatin dan Irawati 2016, hlm. 35. -
^
Mahliatussikah 2015, hlm. 12. -
^
Mahliatussikah 2015, hlm. 11-12. -
^
Suswandari dan Hatmo 2022, hlm. 5-6. -
^
Suswandari dan Hatmo 2022, hlm. 7-8. -
^
Suherli, dkk (2017).
Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 252. ISBN 987-602-427-098-8.
Daftar pustaka
[sunting
|
sunting sumber]
-
Ahyar, Juni (Oktober 2022).
Apa Itu Sastra: Varietas-Jenis Karya Sastra dan Bagaimanakah Prinsip Menulis dan Mengapresiasi Sastra
(PDF). Yogyakarta: Deepublish. ISBN 978-623-02-0145-5.
-
Kosasih, E. (2008).
Apresiasi Sastra Indonesia
(PDF). Jakarta: Nobel Edumedia. ISBN 978-602-8219-57-0.
-
Nuryatin, A., dan Irawati, R. P. (2016).
Pembelajaran Menulis Cerpen
(PDF). Semarang: Penerbit Cipta Prima Nusantara. ISBN 978-602-8054-88-1.
-
Mahliatussikah, Hanik (2015).
Penelaahan Syair Teori dan Penerapannya intern Amatan Tembang Arab
(PDF). Malang: Universitas Negeri Malang. ISBN 978-979-495-785-1.
-
Sumaryanto (2010).
Mengenal Sajak dan Puisi. Semarang: PT. Sindur Press. ISBN 978-979-067-054-9.
- Afrizatul (2022),
Puisi Rakyat: Pengertian, Varietas, Unsur serta Contoh. -
Suswandari, M., dan Hatmo, K. T. (2022).
Ontologi Sajak
(PDF). Kebumen: CV. Intishar Publishing. ISBN 978-602-5692-57-4.
- Teknobae.com (2022),
Kumpulan Puisi Terharu dan Penuh Makna Tentang Ibu.
Wikimedia Commons punya kendaraan tentang
poetry
.
Source: https://prednisowp.com/bagaimana-pemilihan-kata-dalam-membuat-puisi/
Posted by: bljar.com