5 Alam Yang Dilalui Manusia
Kehidupan dunia kita lewati dengan berbagai kondisi, dan tentu terasa seperti itu lama. Namun, bumi bukanlah suatu-satunya alam nan harus dijalani turunan. Menurut Islam, lebih-lebih alam yang harus kita jalani tidak tertunda detik kita meninggal mayapada. Ada berjenis-jenis pembahasan tentang aneh-aneh alam tersebut.
Sebelum dilahirkan, kita semua tumbuh di privat rahim Ibu. Alam tersebut disebut alam dzuriyah. Fase ini dijelaskan n domestik QS. Al-Mu’minun ayat 12-14:
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ سُلٰلَةٍ مِّنْ طِيْنٍ . ثُمَّ جَعَلْنٰهُ نُطْفَةً فِيْ قَرَارٍ مَّكِيْنٍ . ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظٰمًا فَكَسَوْنَا الْعِظٰمَ لَحْمًا ثُمَّ اَنْشَأْنٰهُ خَلْقًا اٰخَرَۗ فَتَبَارَكَ اللّٰهُ اَحْسَنُ الْخٰلِقِيْنَۗ
Alangkah, Kami telah menciptakan manusia dari konsentrat pati (yang berasal) berpangkal petak. Kemudian, Kami menjadikannya air mani di dalam tempat nan taat (makanan). Kemudian, air jauhar itu Kami jadikan sesuatu yang menggantung (darah). Lalu, sesuatu yang menggantung itu Kami jadikan segumpal daging. Lalu, segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. Lalu, tulang belulang itu Kami basung dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya sosok nan (berbentuk) tak. Mahasuci Allah sebaik-baik pencipta.
(Al-Mu’minūn [23]:14)
Setelah menjalani umur di alam dzuriyah, manusia menjalani kehidupan di standard dunia. Manjapada disebut sebagai alam tempat manusia banyak belajar. Namun, manusia tidak mudah-mudahan menjadikan dunia laksana pamrih. Iman dan kebajikan salih harus menjadi yang penting, seperti yang Allah sampaikan dalam QS. Al-‘Ashr:
وَالۡعَصۡرِۙ .اِنَّ الۡاِنۡسَانَ لَفِىۡ خُسۡرٍۙ . اِلَّا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوۡا بِالۡحَقِّ ۙ وَتَوَاصَوۡا بِالصَّبۡرِ
Demi masa, sepatutnya ada orang khusyuk dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal salih, serta saling menasihati kerjakan keabsahan dan kesabaran.
Selanjutnya, manusia akan menjalani hidup di alam samar atau barzakh. Alam ini adalah tunggul di antara dunia dan akhirat. Manusia akan mendapatkan perdurhakaan dari segala apa darmabakti salihnya. Jika ia banyak beramal salih dan menjadi hamba yang tegar selama di dunia, maka ia akan selamat dari hukuman kubur. Namun jika tidak, siksa kubur dan api neraka akan menantinya.
Imam Al-Qurthubi di dalam tafsirnya Al-Jâmi’ li Ahkâmil Qur’ân menuliskan sebuah penjelasan tentang mortalitas:
قَالَ الْعُلَمَاءُ: الْمَوْتُ لَيْسَ بِعَدَمٍ مَحْضٍ وَلَا فَنَاءٍ صِرْفٍ، وَإِنَّمَا هُوَ انْقِطَاعُ تَعَلُّقِ الرُّوحِ بِالْبَدَنِ وَمُفَارَقَتُهُ، وَحَيْلُولَةٌ بَيْنَهُمَا، وَتَبَدُّلُ حَالٍ وَانْتِقَالٌ مِنْ دَارٍ إِلَى دَارٍ
Para ulama berkata, kematian bukanlah ketiadaan hanya dan tak pula kerusakan semata. Kematian hanyalah terputus dan terpisahnya hubungan ruh dengan badan, perubahan kondisi di antara keduanya, pertukaran keadaan, dan perpindahan dari satu kampung ke kampung yang tak.
(Muhammad kedelai Ahmad Al-Qurthubi, Al-Jȃmi’ li Ahkȃmil Qur’ȃn, [Kairo: Darul Titah, 2010], Juz IX, Hal. 428)
Alam terakhir yang dijalani manusia yaitu duaja akhirat, dan kehadirannya ditandai dengan adanya hari hari pembalasan. Di dalamnya terwalak yaumul ba’ats (hari kebangkitan) dan yaumul libra (hari penimbangan darmabakti).
Source: https://alhasanah.or.id/artikel/berbagai-alam-yang-dijalani-manusia-menurut-islam/
Posted by: bljar.com